Sabtu, 26 Mei 2012


                               


Switer Hangat untuk Ayah

                                                            Karya : Marisa Nafilah
           
            Pagi yang cerah mengawali aktivitasku hari ini, dengan pakaianku yang seadanya dan tak ketinggalan topi butut yang menjadi saksi perjalanan hidupku selama ini. Dengan semangat yang membara ku awali aktivitas pagi ini. Seperti hari biasanya jika jam dinding menunjukan pukul 08.00 WIB aku has segera bergegas pergi ke pasar tradisional didekat rumahku. Ya inilah aku, aku pergi ke pasar bukan menjaja kue, bukan  juga seorang kuli angkut. Tugas ku di pasar itu sebagai tukang parkir, bukan hal yang aneh zaman sekarang ini wanita yang berprofesi sebagai tukang parkir atau mungkin salah satu dari sekian juta wanita yang bekerja sebagai tukang parkir. Aku berhenti sekolah setelah lulus SMA, ayahku tak memiliki biaya untuk meneruskan sekolah kejenjang yang lebih tinggi. Aku menjadi tukang parkir di pasar ini karena ingin membantu ayahku yang saat ini banyak dililit hutang . Awalnya aku kecewa dengan Ayah karena utangnya banyak di mana-mana tapi sekilas terbayang di benakku semua itu ia lakukan untuk membiyayai ku sekolah.

                                                                  ***
            Bedug Magrib telah tiba, Adzan telah berkumandang di mana-mana dengan wajah yang penuh kelelahan aku pulang ke rumah. Sebenarnya tempat tinggalku sekarang tidak layak untuk dikatakan sebagai tempat tinggal  sebab bangunan ini sudah ini sudah sangat tua dan seadanya. Andai ada angin puting beliung mungkin rumah ini telah roboh dan hancur, tapi itu semua tak menjadi beban untukku , bagiku rumah ini sudah seperti istana untuk aku dan ayah, karena terlalu banyak kenangan manis yang ku ukir bersamya. Ya hanya aku dan ayah, sejak kecil ku hanya dibesarkan ayah, kata ayah aku tak pernah memiliki ibu, akupun tak pernah ingin tau siapa ibuku . Saat ku ingat ibu ayah slalu menghiburku dengan leluconnya. Dia bilang ibumu adalah ayah, ayahlah yang mengandungmu, ayahlah yang menyusuimu, dan ayah pulalah yang membesarkanmu hingga sekarang ini. Akupun sontak tertawa dengan lelucon ayah yang konyol dan tidak masuk diakal itu. Tapi sekarang ayah sudah tidak bisa lagi menghiburku dengan leluconnya, iya sekarang hanya bisa terbaring di tempat tidurnya, saat ini dia sedang sakit. Saat ia tidur ku sering memperhatikannya sambil meneteskan air mata ku melihatnya ku perhatikan inci demi inci, badan yang dulu tegap, kekar sekarang mulai membungkuk  , rambut yang dulu hitam sekarang memutih, kulitnya yang dulu kencang kini mulai keriput . Mungkin itu semua wajar diusianya yang sudah tua .

                                                                        ***
            Malampun tiba, suasana malam yang sepi begitu terasa, hanya suara jangkrik yang terdengar . Malam itu aku melihat ayah yang sedang menjahit sebuat switer yang berwarna coklat. Switer itu sudah terlihat tua dan kusut . Namun ayah tetap berusaha menjahitnya karna hanya switer itulah satu-satunya yang ia milikki. Aku tak kuasa menahan haru dan tangis, beribu-ribu air mata jatuh membasahi pipiku, dia rela berkorban, bekerja banting tulang membiyayai ku sekolah, sehingga ia lupa membeli barang-barang yang dibutuhkannya itu semua hanya ia lakukan untukku. Sungguh besar pengorbanan ayah selama ini. Sedang asyik melihat ayahnya tiba-tiba ayah juga terkejut melihat puteri. “ Put, kenapa kamu berdiri di situ ? ” . “ Hmm, tidak ayah … tidak apa-apa “ jawabku sedikit panic, “ Oh, ayo ke sini , ayah sedang menjahit switer, biarpun sudah tua kayak gini ayah tetap masih bisa masih menjahitnya”. “ Iya yah, kenapa ayah tidak membeli yang baru ?” Tanya puteri. “ Uang darimana nak, sekarang saja hutang dimana-mana, ayah malu karena kondisi ayah yang sudah tua ini tak bisa bekerja lagi, sehingga yah harus memanfaatkanmu untuk mencari uang”. “ Ayah, kenapa ayah bicara seperti itu bagi puteri ayah adalah salah satu dari sekian banyak ayah yang terbaik di dunia ini , Puteri beruntung punya Ayah yang selama ini bisa membesarkan Puteri’’. ‘’ Sudahlah Put, tak usah berlebihan”.
                                                                        ***
            Seperti biasa begitulah ayah, tak pernah mau membanggakan dirinya sendiri walaupun bagiku sebenarnya ialah seorang ayah dan ibu, yang baik untukku. Terik matahari yang begitu menyengat tak membuat semangatku padam untuk bekerja. Setiapku mengingat ayah maka semakin membara api-api yang membakar semangat itu. Setelah seharian penuh ku bekerja aku merasa lelah akupun beristirahat sejenak. Aku teringat saat ayah menjahit switernya, akupun berniat ingin membelikan switer hangat untuk ayah, karena satu minggu lagi hari ulang tahunnya. Akupun bergegas pulang ke rumah. Setiba di rumah ku buka celenganku ternyata tabunganku lumayan cukup. Akupun segera kembali ke pasar, setelah cukup lelah mengelilingi pasar akhirnya ku dapatkan juga switer itu. Switer biru yang harganya tak begitu mahal , namun cukup untuk menghangatkan tubuh ayah, dan aku yakin ayah pasti bahagia dengan switer yang ku berikan ini.Seminggu berlalu, hari bahagia ayah itu tiba. Switer itu aku bungkus dengan rapi sehingga menjadi kado yang bagus dan seperti kado yang berhaga mahal, dalam kado itu aku selipkah sebuah surat.  Isi surat itu berbunyi seperti ini : Ayah, semua yang ku berikan hari ini tidak cukup membalas dengan apa yang pernah ayah berikan, ayah membesarkanku seorang diri, ayah merawatku selama ini, lewat surat ini ku sampaikan rasa terimakasihku kepada ayah, terimalah switer hangat ini. Ini bukan switer mahal Puteri membeli switer ini dengan jerih payah Puteri. Sekali lagi terimakasih ayah, aku sayang ayah sampai kapanpun.
Lewat surat itu ku tumpahkan segala rasa sayangku pada ayah.
                                                                        ***
            Setelah ku berikan kado itu, ayahpun membaca surat yang ku tulis, ku kira ayah tak menghiraukan surat itu, ternyata ayah menangis membaca surat itu, akupun ikut menangis. “ Makasih nak” ucap ayah pada Puteri, sambil menahan air mata. “ Iya yah, Puteri sayang, Ayah harta Puteri satu-satunya yang sangat berharga” (sambil berpelukan mereka berdua saling mengasihi layak seperti ayah dan anak ). Saat asyik berkasih sayang antara Puteri dengan ayahnya, tiba-tiba ayah memulai bicara kembali.  “ Put, ayah ingin menceritakan sesuatu”. “ Apa ayah ? Ceritakan saja”. “ Ini soal keberadaanmu, dulu ayah mengadopsimu dari panti asuhan. Ayah merasa kesepian , karena tidak memiliki pasangan hidup dan anak”. “ Benar ayah, jadi ayah bukan orang tua kandungku ?” . “ Iya, tapi sampai kapanpun ayah tetap menganggapmu seperti anak ayah sendiri, apakah kamu masih mau menjadi anakku ?” . “ Benarkah ayah, Puteri sangat mau, Puteri sayang ayah, terimakasih ayah”. “Iya sayang…” (sambil berpelukan).
                                                                        ***
            Akhirnya semua telah terungkap, sekarang Puteri tau kalau dia bukan anak kandung dari ayahnya, namun itu tidak menjadi masalah , mereka tetap saling mengasihi layaknya seperti anak dan ayah kandung. Puteripun tak menghiraukan siapa dan dimana orang tua kandungnya berada. Baginya sekarang yang orang tua kandungnya adalah ayah yang selama ini membesarkannya.



















Akhir Sebuah Rahasia
                                     Karya : Aulia A.f
          Secercah mentari pagi nan hangat menyinari bumi yang tadinya hitam kelam, mengganti hari yang tadinya kusut menjadi cerah dan diselimuti embun pagi yang sejuk. Aku terbangun dari tidur lelapku, ku buka jendela kamar sambil ku rasakan indahnya hari berharap hari ini akan menjadi hari yang lebih baik dari sebelumnya. Seperti biasa setelah bersiap-siap aku sarapan pagi, ditemani sepiring nasi goreng dan segelas susu hangat buatan tante Susan . Sesudah sarapan aku berangkat sekolah. Saat perjalanan menuju sekolah langkahku terhenti karena melihat kerumunan orang-orang di depan sebuah Gedung tua peninggalan Belanda. Karena rasa penasaran akupun mencoba mendekat untuk mengetahui lebih detail apa yang sebenarnya tengah terjadi. Setelah melihat lebih dekat aku begitu terkejut melihat mayat seorang laki-laki paruh baya tewas dengan keadaan yang mengenaskan. Di leher laki-laki itu ada bekas cekikan, dan wajahnya hitam lebam seperti terbakar, akupun mencoba bertanya dengan warga sekitar sebab musabab kematian laki-laki itu. “ Begini neng tadi malam laki-laki ini lewat di depan gedung tua ini , katanya saat lewat di sini ia melihat seorang wanita cantik yang ingin minta tolong, tapi karena laki-laki ini mempunyai niat yang kurang baik akhirnya ia menemui ajalnya dengan cara mengenaskan, konon kata orang dekat sini neng ya wanita yang minta tolong itu adalah jelmaan dari hantu penunggu gedung ini, katanya lagi neng ya sudah banyak warga yang sering melihat penampakan wanita itu apabila lewat di sini pada tengah malam selain itu juga sering lho neng terdengar suara tangisan , iiihh saya saja sampai merinding kalau dengar ceritanya” ujar warga itu yang bercerita panjang lebar. “ Owh begitu  pak, ya sudah makasih ya infonya, saya mau buru-buru ke sekolah” jawabku. “ Iya sama-sama neng lainkali hati-hati kalau lewat sini” sahut bapak itu.
                Sesampainya di sekolah aku menuju kelas, di kelas sudah ramai anak-anak membicarakan misteri gedung tua itu. Akupun tertarik untuk mendengarkan cerita mereka. “ Eh Ariana, sini kumpul bareng kita lagi ngomongin misteri gedung tua Belanda “ kata Lisa sambil mengambil bangku untuk aku duduk. “ wah kebetulan nih aku juga mau tau gimana ceritanya gedung tua itu” sahutku. “ Begini ceritanya kalian tau kan gedung itu sudah hampir 17 tahun di bangun, nah yang membangun gedung itu namanya Van Der Evhan Awalnya gedung itu hanya dianggap sebagai rumah besar namun karena tempat itu pernah menjadi tempat acara-acara besar makanya disebut Gedung .menurut cerita gedung itu dihuni oleh keluarga kecil terdiri dari sepasang suami istri dan 2 orang anaknya beserta pembantu mereka.Pembantu itu sangat cantik parasnya, siapun yang memandangnya akan terpesona, begitupula dengan Tuan Evhan ia menaruh hati dengan sipembantu, dan tuan Evhan pun menyatakan cintanya pada Rima nama pembantu itu tanpa sepengetahuan istri dan anak-anaknya. Gayung bersambut mereka menjalin hubungan cukup lama , dan hal itu tidak menimbulkan kecurigaan nyonya Evhan. Setiap malam setelah istrinya tidur Tuan Evhan pergi ke kamar Rima. Hingga suatu ketika terjadi suatu kejadian diluar perkiraan Rima hamil 3 bulan, lalu ia meminta pertanggung jawaban kepada tuan Evhan, tuan Evhan pun bersedia menikahi Rima dengan syarat hal yang mereka lakukan selama ini tidak boleh diceritakan kepada siapapun termasuk ibunya Rima. Tuan Evhan pun menyuruh Rima untuk pulang ke kampungnya, dia berjanji pada Rima akan menikahi gadis itu dikampung Ibunya. Setahun sudah berjalan, pernikahan mereka belum juga diketahui oleh Ny Evhan, dan Ibunya Rima pun tidak tau bahwa tuan Evhan sudah punya anak dan isteri. Rima sudah melahirkan seorang anak laki-laki hasil hubungannya dengan tuan Evhan. Suatu ketika saat tengah duduk sendiri tuan Evhan ingat akan anak dan istrinya di Kota, ia pun merindukan 2 putrinya yang sudah setahun itu tidak ia jumpai, ia menceritakan semuanya pada Rima, dengan berat hati ia mengijinkan sang suami pergi meninggalkannya. Sungguh perih hati Rima ditinggalkan orang yang sangat ia kasihi dan cintai. 2 tahun berlalu Rima masih setia menunggu kepulangan sang suami namun hari terus berlalu sang suami tak kunjung datang, terpikir di benaknya apakah tuan Evhan sudah lupa dengan anak dan istrinya di kampung. Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun masih sabar ia menunggu. Hingga suatu ketika terpikir olehnya untuk menyusul tuan Evhan ke kota sang anak ia titipkan dengan ibunya. Perjalanan panjang ia lalui, akhirnya sampailah ia di rumah tuan Evhan. Dengan senyum bahagia dan rindu yang teramat dalam pada suaminya dengan segera ia mengetuk pintu rumah tuan Evhan. Dan ternyata sampai sekarang perselingkuhan tuan Evhan dan Rima belum diketahui sedikitpun oleh Ny Evhan justru sebaliknya dengan senang hati Ny Evhan menyambut Rima dengan ramah sama seperti pertama dulu saat ia diterima menjadi pembantu dikeluarga itu. Rima pun diterima lagi bekerja sebagai pembantu di rumah itu anak-anak Ny Evhanpun sangat senang bermain ditemani oleh Rima yang sebenarnya adalah Ibu tiri mereka. Tuan Evhan sedang melakukan tugas kerja diluar kota ia belum mengetahui kedatangan Rima wanita kedua yang dicintainya. Setelah selesai masa kerjanya diluar kota tuan Evhan kembali ke rumah dan lagi-lagi kesempatan besar datang sang istri bersama 2 anaknya pergi ke Belanda untuk menikmati liburan tinggalah ia dirumah berdua dengan Rima istri keduanya itu. Satu minggu lamanya ditinggal oleh Ny Evhan, selama itu juga mereka bebas menjalin hubungan bagaikan sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu, mereka saling melepas rindu karena hampir 3 tahun tidak bertemu . Seperti kata pepatah sepandai-pandainya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga pepatah itulah yang sangat tepat dikatakan pada tuan Evhan dan Rima . saat mereka tengah terlelap tidur berdua tanpa mereka ketahui Ny Evhan pulang, ia terkejut tidak menemui suaminya di kamar, awalnya ia mengira sang suami belum pulang dari luar kota namun tanpa disengaja saat ia akan pergi ke kamar Rima untuk menanyakan hal-hal yang terjadi selama ia tidak ada dirumah. Ketika ia membuka pintu alangkah terkejutnya ia menemukan suaminya tidur bersama sang pembantu, kemarahan Ny Evhan tidak dapat dibendung ia marah sejadi-jadinya, menghina Rima habis-habisan, dan mencaci maki sang suami. Tapi karena kesabaran Ny Evhan kejadian malam itupun masih dapat ia maafkan, tetapi kali ini Ny Evhan agak berbeda dari sebelumnya ia lebih suka mengurung diri di kamar, sesekali terdengar tangisannya, Rimapun merasa tidak enak, walaupun Ny Evhan masih bersikap ramah padanya. Kesedihan Ny Evhan berangsur-angsur hilang berkat buah hatinya yang selalu setia menghibur dan menenangkan hatinya yang kalut. Semua kembali seperti semula keluarga itu kembali bahagia, namun lagi-lagi musibah dan cobaan melanda keluarga ini, perut Rima semakin membucit dan tentu saja ia tidak dapat menyembunyikan hal itu, akhirnya Ny Evhan mengetahui hal itu betapa marahnya ia, tuan Evhan yang juga mengetahui hal itu tidak bisa lagi mengelak bahwa anak yang ada di dalam kandungan Rima adalah anaknya, Ny Evhan pun minta cerai dengannya, tuan Evhan di landa kebingungan disisi lain ia lebih memilih Rima tapi jika itu terjadi maka ia akan berpisah dari Ny Evhan dan 2 anaknya, semua orang akhirnya mengetahui aib dikeluarga itu betapa malunya tuan Evhan ia pun dipecat dari kantor ia bekerja, semakin kusut pikirannya. Akhirnya ia pun memutuskan hubungannya dengan Rima, Rima yang tau hal itu tidak mau karena ia sudah mempunyai 2 anak dari tuan Evhan selain itu ia juga terlanjur amat mencitai tuan Evhan. Tuan Evhanpun tidak bisa menerima hal itu, ia pun mengambil jalan pintas yaitu membunuh Rima di dekat pohon Tua di depan gedung itu. Rima tewas dengan keadaan kepala tergantung seolah ia Nampak seperti gantung diri, padahal yang menggantung dirinya adalah suaminya sendiri. Setelah kejadian itu tuan Evhan mengajak keluarganya pindah ke Belanda tempat asalnya untuk menghilangkan rasa malu yang besar. Nah setahun setelah kematian Rima ,dekat gedung itu sering sekali terdengar tangisan wanita yang meminta tolong. Menurut warga sekitar itu adalah jelmaan dari arwah penasaran Rima, sampai sekarang hantu itu masih sering suka mengganggu warga yang lewat dekat situ, bahkan katanya lagi nih ya sudah banyak orang yang meninggal dekat situ gara-gara menjadi korban hantu itu” cerita Andre panjang lebar. Andre adalah anak yang mempunyai kemampuasn inrda keenam atau sering disebut sixth sense. Dengan kemampuannya inilah ia bisa mengetahui cerita-cerita mistis dimasa lalu bahkan yang hampir ratusan tahun masih dapat ia ketahu, “ Owh begitu, lalu bagaimana dengan anaknya Rima yang pertama yang ia tinggalkan di desa, lalu nama tuan Belanda itu kenapa sama dengan nama ayahku ? “ tanyaku dengan penuh rasa penasaran. “ Nah kalau masalah itu aku tidak tau yang jelas mungkin sekarang ia sudah seumuran dengan kita , dan  duduk di bangku kelas 3 SMA, mungkin hanya kebetulan saja “ jawab Andre dengan meyakinkan. Tidak terasa bel masuk berbunyi bu Reina guru Bahas Inggris sekaligus walikelas XII IPA masuk kelas dengan diiringi seorang anak laki-laki berperawakan tinggi, putih persis seperti keturunan bule. “ Selamat pagi anak-anak” ucap bu Reina. “selamat pagi buu” jawab kami serentak. “ Hari ini kita kedatangan murid baru pindahan dari desa namanya adalah Reza , nah Reza sekarang perkenalkan nama dan asal sekolah di depan teman-teman barumu” ucap bu Reina. “ perkenalkan nama saya Afrian Reza Prasetya, kalian bisa panggil saya dengan nama Reza, asal sekolah saya yaitu sebuah SMA Negeri di desa saya tinggal, semoga kita bisa berteman dengan baik “ terang Reza dengan rasa malu-malu. “ Reza sekarang kamu boleh duduk disebelah Andre” , “baik bu” sahut Reza. Kamipun terkejut dengan perkenalan Reza tadi ia memiliki perawakan seperti keturunan bule tapi ia berasal dari desa sungguh membingungkan. Jam pelajaran pertama dan kedua berlalu saatnya jam istarahat. Karena rasa penasaran, kami ingin mengenal Reza lebih dekat, ternyata anaknya sangat ramah, ia berkata apa adanya, penampilannya pun sederhana. Baru pertama berkenalan kami semua sudah sangat akrab dengan Reza rasanya seperti sudah berteman sejak lama. Jam pelajaran ketiga dan keempat dilalui bel pulang berbunyi, seluruh siswa berhamburan keluar. Seperti biasa karena rasa persahabatan yang erat kami pulang bersama-sama baik laki-laki maupun perempuan semuanya sama tetap kompak. Teman yang lain sudah sampai di rumahnya masing-masing kini tinggal aku dan Reza kebetulan rumah kami searah dalam perjalan terjadi dialog kecil . “ Oya Ariana rumah kamu dimana sih ? “ Tanya Reza. “ Owh rumah aku di jalan Anggrek no 34, kalau kamu ? “ Tanya ku lagi. “ Owh kebetulan rumah aku juga di jalan Anggrek no 41 , kamu tinggal sama siapa ? ‘’ tanyanya lagi. “ wah berarti rumah kita dekat dong, aku tinggal sama tante Susan, dan kakakku Letisya kamu ?” “ iya rumah kita dekat, kalau aku juga ikut tante aku. Kamu kenapa gak tinggal sama orang tuamu ?” Tanya Reza dengan serius. “ Owh , yaa soalnya orang tua aku kerja di Belanda , kamu sendiri tidak ikut orang tuamu juga ?” Tanya ku balik. “ Owh gitu ya , waah kamu masih beruntung yah masih punya orang tua, kalau aku orang tuaku udah meninggal sejak  umurku 3 tahun di desa aku diasuh dan dibesarkan oleh nenek dan tanteku mereka sangat baik. Tapi sampai sekarang ini aku tidak tau bagaimana wajah ayah dan ibuku , makam merekapun aku tidak tau “ Cerita Reza dengan sedih. “ Hmm…aku turut prihatin Za dengan keadaanmu, apakah kamu yakin kedua orang tuamu meninggal “ Tanya ku dengan rasa penasaran. “ yaah sebenarnya aku tidak yakin, dulu ketika aku masih duduk dibangku kelas 1 SMA aku mencoba menanyakan hal itu pada nenek tapi bukannya mendapat jawaban aku malah dimarahi habis-habisan olehnya, dan aku juga pernah menemukan foto ayah dan ibu di kamar nenek, tanpa sepengetahuannya foto itu aku simpan sampai sekarang ini, bahkan jika ada waktu luang aku sering mencari informasi tentang orang tuaku dengan menggunakan foto ini, namun hasinya nihil hampir 2 tahun aku mencoba mencari tanpa kenal lelah sampai sekarang tetapi hasilnya masih belum membuahkan hasil, sedikitpun informasi tidak  pernah ku dapatkan, itulah yang sering membuatku kecewa” ungkap Reza dengan sedih. “ Sabar yah za mungkin sekarang bukan waktunya kamu dipertemukan dengan mereka, Tuhan pasti memiliki rencana yang baik, oya kamu bisa kok ngajak aku buat bantu cari orang tuamu dengan senang hati akan aku temani “ hiburku. “ Iya mungkin yang kamu katakan benar, iya nanti kalau aku cari orang tua aku, pasti aku ajak kamu kok “ ucap Reza sambil tersenyum. “ Nah sekarang aku sudah sampai di rumah , sampai jumpa lagi ya “ ucapku sambil masuk ke dalam rumah. Sampai di rumah ternyata aku sudah ditunggu oleh tante Susan dan kakakku Letisya, tetapi ada yang aneh ketika aku datang tante susan langsung memelukku sambil menangis. “ Tante, ada apa, kok tante nangis, cerita dong sama aku “ ucapku dengan rasa khawatir. “ Kamu yang sabar yah sayang , tadi tante mendapat telpon bahwa ayah dan ibu kamu mengalami kecelakaan pesawat tadi malam saat pulang menuju Indonesia” ucap tante Susan sambil menangis, awalnya aku tidak percaya. “ Tante, mungkin tante salah, kakak apa benar kak ? “ tanyaku dengan nada sedih . “ benar dek , yang dikatakan tante itu semuanya benar, mayat ibu sudah ditemukan tapi ayah sampai sekarang belum ditemukan, nanti sore jenazah ibu akan di bawa kemari “ jawab kakak sambil menangis. Kami bertiga larut dalam suasana duka, para tetangga sudah banyak yang melayat ke rumah sembari menunggu kedatangan jenazah ibu. Pukul 15.00 WIB mayat ibu sudah disemayamkan di rumah, tangis kembali pecah saat kedatangan jenazah, kami bertiga hanya bisa menangis di samping mayat Ibu. Para kerabat Ayah dan Ibu dari dalam maupun luar negri banyak yang datang untuk melayat, depan rumah kami penuh dengan karangan buka duka. Teman-teman satu kelasku pun datang bersama bu Reina mereka mencoba menghiburku namun sedih yang begitu dalam menutup tebal pintu hatiku sehingga getaran kebahagiaan tidak bisa ku rasakan sedikitpun. Reza datang dia juga mencoba menghiburku, entah kenapa yang tadinya kabut kesedihan sudah menutup hatiku seakan sirna setelah Reza berada di dekatku dan menghiburku, sedikit demi sedikit tangisku mulai reda, pukul 16.30 mayat ibu dimakamkan, lagi-lagi aku dan kakak tidak dapat membendung air mata kami hanya bisa menangis saat mayat ibu dikebumikan. Selesai acara pemakaman kami pulang ke rumah , di rumah masih banyak pelayat, teman-temanku pun belum ada yang pulang mereka seolah setia menemaniku di saat batinku perih. Ketika tengah larut dalam kesedihan tiba-tiba telpon rumah berbunyi, tante Susan segera mengangkat telpon, ternyata telpon itu dari pihak kepolisian yang berhasil menemukan ayah dengan selamat, tetapi ayah masih kritis di rumah sakit. Aku dan kakak sedikit lega ternyata ayah masih hidup walaupun kondisinya tengah kritis. Pukul 19.30 para pelayat mulai pulang ke rumah masing-masing semua teman-temanku pun meminta diri untuk pulang. Tinggalah sekarang kami bertiga rasanya sunyi seperti ada yang hilang. Malam semakin larut tapi mataku belum juga mengantuk sambil memandangi fotoku bersama ibu dengan berurai air mata, semalaman penuh aku menangis, rasanya sangat berat untuk menerima kenyataan pahit ini. Besok harinya aku tidak masuk sekolah karena sakit, demamku sangat tinggi sehingga dokter menyuruhku untuk istirahat yang cukup serta minum obat secara teratur. 3 hari sudah ku lalui kondisiku berangsur-angsur membaik dan dokter memperbolehkan aku untuk masuk sekolah kembali. Aku kembali sekolah seperti biasa walaupun masih diliputi rasa sedih tapi ku coba menutupi dan tetap tersenyum dihadapan teman-teman. Tidak terasa jam pelajaran berakhir  semua kembali ke rumah masing-masing. Tetapi entah mengapa hari ini aku merasakan sesuatu yang aneh, aku pulang sendiri saat melalui gedung tua aku mendengar tangisan seorang wanita yang sangat memilukan hati yang mendengarnya. Aku mencoba mencari kearah sumber suara itu setelah aku telusuri ternyata suara itu berasal dari gedung tua itu, ketika hendak masuk tiba-tiba ada yang menegurku laki-laki itu melarang aku untuk masuk ke tempat itu dengan alasan gedung itu sangat berbahaya, akupun mengurungkan niatku untuk masuk ke rumah itu dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Rasa penasaran terus penasaran terus membayangiku, seolah aku sangat ingin mengetahui siapa sebenarnya wanita yang tengah menangis di tempat itu. Apakah suara itu adalah suara hantu seperti yang diceritakan Andre beberapa hari yang lalu. Aku terus menyusuri jalan, ketika sampai dirumah, aku masuk ke kamar, di kamar aku menemui kakak yang tengah sibuk dengan tugas kuliahnya. “ kak tante mana, kok rumah nampak sepi “ tanyaku. “ Tante tadi ke rumah sakit katanya ingin mengetahui kondisi ayah saat ini “ jawab kakak dengan tenang. “ Lho kalau tante jenguk ayah kenapa kakak gak ikut ? tanyaku dengan sedikit kesal. “ dek kita saat ini memang dilarang bertemu dengan ayah untuk sementara waktu “ kata kakak dengan nada meyakinkan. “ hah kenapa dia kan orang tua kita kak ?” tanyaku sambil berurai air mata” . Kakakpun mendekat sambil menghapus air mataku ia berkata. “ Dek kamu gak usah mikirin hal-hal yang memang kita tidak diperbolehkan, yang jelas kita ikuti dulu kata-kata tante , kakak yakin kok nanti kalau ayah sudah membaik pasti kita diperbolehkan bertemu dengannya, oya kamu pasti capek dan lapar kan, sebaiknya kamu ganti baju dulu trus kita makan diluar “ . Hatiku sedikit lega mendengar perkataan kakak, setelah berganti baju, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah kami. Setelah membukakan pintu aku terkejut yang datang ternyata Reza. “ Eh Reza, silakan masuk dulu“ kataku dengan tersenyum. “ iya, Ar kamu lagi sendirian ya di rumah, keliatannya sepi banget” Tanya Reza. “ Aku gak sendirian kok di atas ada kak Letisya , kalau tante lagi pergi ke luar , oya kamu mau minum apa ? sahutku. “ Mmm… apa aja deh “ jawab Reza. “ Ok, tunggu bentar ya “ balasku sambil ke dapur. Beberapa saat kemudian aku kembali ke ruang tamu dengan membawa minuman dan beberapa makanan kecil, namun saat aku hendak menuju ruang tengah aku melihat gerak-gerik Reza yang aneh saat memandang foto Ayah dan Ibuku. “ Za kamu ngapain kok kelihatannya aneh gitu “ tanyaku dengan penasaran. “ Mmm…gak apa-apa kok Ar, aku Cuma lagi mandangin foto ini aja, ini foto ayah dan ibumu ya ? tanyanya lagi dengan nada gugup. “ Owh iya itu foto ayah dan Ibuku “ jawabku. “ wah mereka Nampak serasi sekali ya” balasnya. “ Iya, oya silakan diminum dulu Za, ngomong-ngomong kamu ada keperluan apa datang kemari “ ucapku memulai pembicaraan. “ Iya, aku ke sini Cuma mau jalan-jalan aja soalnya aku lagi bosan aja di rumah “ jawab Reza. “ Kok bisa sih kamu bosan, bukankah rumah kamu itu sangat nyaman ? “ tanyaku lagi. “ Mmm…gak tau sih kenapa aku lagi bosan mungkin aku belum terbiasa dengan suasana di kota “ jawabnya dengan santai. “ Owh gitu, pasti desa kamu tinggal sangat nyaman dan damai ya “ kataku . “ ya begitulah tapi kadang-kadang desa itu juga membuat kita sakit hati, gara-gara omongan orang di kampung “ jawab Reza. “ emang mereka ngomongin apa sih jadi bisa bikin sakit hati gitu ? tanyaku dengan bingung. “ ya itu semua karena gunjingan mereka, terkadang aku malu dengar gunjingan itu, mereka sering sekali mengatakan bahwa aku adalah anak haram, mereka bilang ibuku menjadi istri simpanan majikannya di tempat ia bekerja dulu kata mereka “ jawab Reza dengan nada sedih. “ wah ternyata perkataan mereka sungguh menyakitkan, kamu yang sabar aja kalau itu tidak benar tidak usah di ambil hati” kataku sambil mencoba menghibur Reza. Tanpa sepengetahuan kami ternyata kakak mendengarkan percakapan antara aku dan Reza. Jam sudah menunjukan pukul 16.45 Reza pun meminta diri. Setelah Reza pulang kakakpun keluar mendekati aku. “ Itu tadi siapa Ar, kok kalian nampaknya membicarakan sesuatu yang sangat serius “ kata kakak dengan penasaran. “ Owh itu Reza kak teman baru aku disekolah, kami Cuma membicarakan masalah masa lalunya Reza “ jawabku sambil meninggalkan kakak, yang masih berdiam diri di dekat pintu seolah memikirkan sesuatu. Malampun tiba, tante pulang dari rumah sakit dengan wajah yang sedikit ceria. Tantepun mengajak kami makan malam, setelah selesai makan malam aku pergi ke kamar untuk belajar dan mengerjakan pr, sementara kakak dan tante di lantai bawah sambil menonton tv, selesai mengerjakan pr akupun ingin menyusul kakak dan tante di ruang bawah, tapi ketika hendak ke ruang tengah aku mendengar pembicaraan kakak yang Nampak serius. “ Tante, aku mau cerita nih sedikit “ kata kakak. “ Mau cerita apa Sya kok nampaknya sangat serius “ Tanya tante dengan penasaran . “ Gini tante tadi sore kan temannya Ariana datng ke rumah, tapi Letisya lupa siapa namanya, dia cerita sama Ariana tentang masa lalunya, nah ceritanya itu mirip banget sama cerita keluarga kita di masa lalu, kan dulu itu ayah pernah berselingkuh dengan pembantu kami lalu si pembantu itu hamil dan punya anak, anaknya itu ia tinggal di desa, kalau gak salah anaknya Rima si pembantu itu kan seumuran sama Ariana nah aku mulai curiga tan dengan Reza “ cerita kakak dengan serius . “ Ahh masa sih Sya mungkin cerita temannya Ariana itu kebetulan aja mirip sama masa lalu keluargamu “ jawab tante yang masih kurang yakin dengan cerita kak Letisya. Aku yang sejak tadi mendengarkan cerita itu, Nampak shock apa mungkin yang diceritakan Andre tentang keluarga Belanda itu ada sangkut pautnya dengan aku. Dengan rasa penasaran dan sedikit kesal aku menghampiri kakak dan tante yang sedang membicarakan masalah itu. “ Kakak apa benar waktu aku masih kecil ayah berselingkuh dengan pembantu yang namanya Rima, lalu karena Ibu dan semua orang tau tentang aib itu ayah membunuh Rima yang tidak lain adalah istri keduanya ? “ Tanyaku dengan nada kesal . “ Ariana apa yang baru kamu katakana, itu tidak benar kamu dapat cerita itu darimana” balas kakak dengan nada yang marah. Seumur hidupku baru kali ini aku melihat kakak semarah itu. “ Lantas apa yang baru saja kakak ceritakan tadi itu semua benar kan ka ? “ tanyaku dengan nada tinggi . “ Cukup Ariana, kakak tidak  mau mendengar pertanyaan seperti itu lagi, itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga kita ! jawab kakak dengan marahnya. “ Tapi kak “ plakk sebuah tamparan mendarat di pipiku baru kali ini ada seseorang yang menamparku dan ia adalah kakakku sendiri, dengan rasa kesal, sedih, kecewa aku pergi ke kamar meninggalkan kakak dan tante. “ Tan apa yang baru saja aku lakukan kenapa aku sekejam itu pada Ariana “ kata kakak sambil menangis. “ Sudahlah Sya kamu jangan menyesali itu, sebaiknya kamu segera minta maaf pada Ariana dan menurut tante juga sebaiknya kamu ceritakan semuanya karena tante rasa sudah waktunya Ariana tau, walaupun cerita itu tidak berguna buatnya yang jelas ia sudah harus tau semuanya “ jawab tante sambil menenangkan Letisya. Di dalam kamar aku terus menangis, tiba-tiba aku mendengar kakak mengetuk pintu dan memanggilku. Aku tidak mengiraukannya, karena masih kesal dengan sikapnya tadi. “ Dek buka pintunya kakak mau minta maaf atas sikap kakak tadi, tadi kakak terbawa emosi, maafin kakak ya kakak gak sengaja, kakak gak pernah kok berniat sedikitpun menyakiti kamu, kakak mohon dek buka pintunya “ kata kakak. “ Iya Ar buka pintunya tadi kakak kamu memang tidak sengaja menampar kamu, kamu buka pintunya kak Letisya dan tante mau cerita sesuatu sama kamu “ sambung tante. Akhirnya akupun membukakan pintu, setelah membuka pintu kakak langsung memelukku sambil menangis.Kakak dan tantepun menceritakan hal yang selama ini menjadi rahasia besar dikeluarga kami aku sangat terkejut cerita itu sama persis dengan cerita yang disampaikan oleh Andre . Namun kami masih bingung apakah cerita itu ada sangkut pautnya dengan Reza, entahlah yang pasti setelah aku tau dengan cerita itu, ada yang lain kali ini di kehidupanku, apalagi ketika bersama dengan Reza aku merasa seperti bersaudara dengannya bahkan sekilas wajah Reza sangat mirip dengan Ayah.Rasa penasaran aku semakin bertambah untuk megetahui teka-teki ini. Saat aku tengah larut dalam lamunanku tiba-tiba handphone ku bordering, ternyata kakak yang mengontakku . “ Hallo, ada apa kak ? “ tanyaku . “ Dek sekarang kamu dimana , kamu bisa gak pulang sekarang ? “ jawab kakak dengan sedikit panik. ‘’ aku lagi di jalan kak, iya ini aku segera pulang bentar lagi juga sampai kok “ sahutku . setelah itu tidak terdengar lagi suara kakak dari telpon sepertinya sudah ia matikan. Akupun buru-buru pulang ke rumah, sesampainya di rumah aku langsung di ajak kakak pergi, katanya akan pergi ke rumah sakit, tapi kenapa harus tergesa-gesa begini pikirku. Sampai di rumah sakit kami langsung menuju ruangan tempat ayah di rawat, ketika sampai diruangan itu, aku dan kakak langsung memeluk ayah, kondisinya mulai membaik seperti sedia kala namun kakinya yang retak membuatnya tidak bisa berjalan, rasa haru dan senang jadi satu dibenakku . Setelah keadaan mulai tenang sedikit ayah kembali menjelaskan perihal tentang rahasia itu, sebelumnya ia terlebih dulu memanggil seseorang, setelah orang yang dipanggil ayah itu datang, aku sangat terkejut bukan main ia adalah Reza. “ Reza “ kataku. “ Ayah apa ayah kenal dengan Reza ? “ tanyaku dengan terkejut . “ Iya, perihal rahasia itu ada sangkut pautnya dengan Reza, Reza adalah anak ayah dari perkawinan ayah yang ke 2 dengan bi Rima yang tidak lain adalah pembantu kita dulu “ jawab ayah dengan sedikit takut. “ Apa ? gak mungkin ! sahutku. Dengan rasa marah, kesal, sedih, tidak percaya aku pergi meninggalkan mereka semua dengan berurai air mata aku terus berlari tanpa arah, aku sampai ditaman dekat rumah sakit , di tempat itu aku hanya bisa duduk sambil menangis hujan turun seakan langit juga merasakan kesedihanku, awan hitam kelam menutup langit cerah, membuat suasana menjadi hitam kelam, seperti itulah yang juga aku rasakan saat ini. “ Ariana “ aku terkejut medengar seseorang memanggilku dari belakang saat aku menoleh ternyata Reza . “ kamu ngapain di sini gak usah deh sok prihatin ! sahutku dengan kasar. “Ar, aku tau kamu masih kesal dengan semua ini, aku jua merasakan hal yang sama, aku juga tidak menyangka kalau kita bersaudara “ jelas Reza . Aku menatap Reza , tiba-tiba Reza memelukku lagi-lagi aku terkejut. “ Ar aku mohon kamu mau kan nerima aku sebagai saudara kamu, kamu tau sendirikan kondisiku yang sangat merindukan seorang ayah, sekarang aku sudah bertemu dengannya , walaupun aku tidak tau bahwa ia juga ayah dari temanku sendiri, jujur Ar seandainya aku tidak sayang dengannya, mungkin aku akan membalas dendam atas kejahatan yang dilakukannya pada kami “ jawab Reza yang juga menangis. Di bawah langit kelam kami bertangis-tangisan , mengetahui kejadian ini. Hujanpun reda , aku dan Reza masih termenung mengingat kejadian ini, ayah, kakak dan tante datang menghampiri kami. “ Ariana , Reza karena kalian sudah tau bahwa kalian bersaudara, mulai sekarang ayah berencana untuk membangun keluarga kita yang baru. Dan untuk kamu Za, maafin ayah yang sudah menelantarkan kamu selama ini dan tidak memperdulikan kamu, ayah sungguh menyesal sekali lagi maafin ayah “ ucap ayah. Kami semua memeluk ayah, rasa haru dan senang jadi satu.
Sebulan kemudian ayah membeli rumah baru di kawasan pondok bambu , di rumah itu kami tinggal sekeluarga, yaitu ayah, kak Letisya, aku dan Reza . Keluarga kamipun hidup dengan bahagia. Kamipun memulai hidup baru dengan bahagia apalagi ada keluarga baru yaitu Reza . setiap hari aku dan Reza berangkat maupun pulang selalu bersama-sama . Tidak terasa 1 tahun sudah ku menjalani hidup baruku.
                Pada suatu hari aku melihat seorang wanita tengah kebingungan di depan pagar rumahku, aku mencoba menghampiri wanita itu. “ Permisi bu, ibu mau cari siapa ? “ tanyaku. “ Mmm..saya ke sini mau cari yang namanya tuan Van Der Evhan, katanya di sini rumahnya , apa benar ? “ Tanya wanita itu . “ iya ini memang benar rumah tuan Evhan, anda siapa dan ada keperluan apa kemari ? “ . Begini non ada yang mau saya sampaikan padanya “ jawab wanita itu . “ owh begitu, kalau begitu silakan masuk ayah ada di dalam rumah “ kataku sambil tersenyum . Aku menyuruhnya duduk sementara aku memanggil ayah. Aku ke dapur dan ayah menemui tamu itu, saat ke dapur aku bertemu Reza “ Eh Ar, tumben kamu bikin minuman lagi ada tamu ya di luar ? “ Tanya . “ Iya Za di luar sedang ada tamu, katanya sih mau cari ayah “ jawabku . “ tamunya cewek atau cowok ? “ Tanya Reza dengan penasaran . “ kamu ngapain sih Za banyak nanya gitu, tamunya cewek “ jawabku sambil mengantarkan minum ke ruang tamu . Setelah mengantarkan minum aku kembali ke ruang tv , aku bertemu dengan Reza yang tengah mendengarkan perbincangan tamu itu dengan ayah, aku juga melihat ia tengah memegang sebuah foto sambil memandangi mereka . “ Za kamu ngapain sih, ngupingnya serius amat “ kataku . “ Ssstt Ariana kamu bisa diam gak sih, init uh penting banget, coba deh kamu liat foto ini terus kamu liat lagi ayah dengan perempuan itu mirip bukan “ balas Reza sambil menyerahkan foto itu padaku . “ wah kamu benar Za ini sama persis , dan liat ayah berpelukan dengan wanita itu ini gak bisa dibiarkan Za “ kataku dengan marah sambil menghampiri mereka . “Ar tunggu “ panggil Reza. Aku terus mengahmpiri mereka tanpa menghiraukan Reza yang terus mencoba mencegatku. “ Ayah ! “ kataku dengan nada keras “ . Ayah terkejut dan berhenti memeluk wanita itu . “ Ariana maafin Ayah ini tidak seperti yang kamu lihat, ayah bisa jelaskan semuanya “ . “ Cukup ayah, tidak perlu ayah jelaskan semuanya panjang lebar, cukup ayah jelaskan siapa wanita ini, aku kecewa yah, aku kira ayah masih setia dengan ibu ternyata baru setahun kepergiannya ayah sudah berani berpelukkan dengan wanita ini, aku kecewa yah , aku nyesal bisa punya ayah kaya kamu, dan kamu juga wanita kurang ajar, berani sekali kamu mencoba mendekati ayah saya, saya pikir kamu adalah wanita baik-baik ternyata bukan, sekarang kamu pergi dari rumahku dan jangan pernah lagi datang kemari ! ucapku dengan nada marah sembari meninggalkan mereka semua . Aku langsung pergi ke kamar dan mengunci pintu kamar, sambil membereskan semua pakaianku aku berniat untuk pergi dari rumah. “ Ariana “ terdengar suara dari luar, akupun tau itu adalah suara ayah dan Reza . “ Aku tidak menghiraukan mereka aku terus membereskan pakaianku , setelah selesai aku keluar kamar , di saat membuka pintu aku bertemu dengan ayah, Reza dan Wanita keji itu . “ Mau apalagi kalian, gak puas bikin aku sakit hati ! “ ucapku dengan sinis . “ Begini nak maafin ibu, ibu gak bermaksud menghancurkan kehidupan kalian, ibu bisa jelasin semuanya” sahut wanita itu dengan nada lirih. “ Apa yang kamu jelasin semuanya tuh percuma aku gak percaya sama orang seperti kamu, aku udah bilangkan kamu pergi dari rumah ini kenapa masih disini ? “ jawabku dengan kesal . “ Ar coba tolong dengerin kami dulu, lagian kamu mau kemana bawa tas begini, tolong dong Ar dengerin dulu ceritanya “ kata Reza dengan nada memohon . “ Za apa sih yang perlu didengerin , lagian aku mau pergi kemana aja kan bukan urusan kalian, aku capek Za dengan masalah begini “ kataku sambil menangis.” Ok aku akan dengerin semua penjelasan kalian, tapi tolong jangan pernah adalagi masalah yang seperti ini, aku capek dengarnya “ kataku dengan terus menangis. Setelah keadaan tenang ayah menceritkan semuanya. “ Begini nak kamu pasti tau kan dengan tante Rima ? “ Tanya ayah dengan pelan. “ tau “ jawabku dengan dingin . “ Nah seandainya tante Rima itu datang kembali, dan berada di tengah-tengah keluarga kita bagaimana sikapmu apakah kamu mau menerimanya ? “ Tanya ayah dengan nada pelan .  “ Apa ! ayah sudah gila bar setahun kematian ibu ayah sudah berpikir untuk menikah lagi, sungguh keterlaluan ! jawabku dengan nada marah . “ Ar tenang dulu, ayah tau bkan maksud ayah untuk melupakan dan mencari pengganti ibu ini juga untuk kebaikan kita semua dengan kondisi ayah seperti ini, kadang ayah merasa sepi sendiri, tidak ada yang menemani, bahkan kamu tidak tau ayah sering menangis sendiri karena merindukan sosok ibumu “ lanjut ayah sambil menangis . Setelah tau semua cerita ayah barulah aku mengerti dan aku mulai tau bahwa wanita itu adalah tante Rima istri ke 2 ayah, akhirnya aku bisa menerimanya sebagai ibu barku akupun meminta maaf pada ayah dan tante Rima karena sudah bersikap kasar, akhirnya keluarga kami telah lengkap karena ada sosok seorang ibu, ternyata tante Rima adalah wanita yang baik, ia
persis seperti ibu, aku dan kak Letisya sangat menyayanginya seperti ibu kami sendiri. Ternyata isu bahwa tante Rima sudah meninggal dan menjadi hantu itu tidaklah benar, ketika ayah menggantung diri tante Rima ada orang yang menolong dan menyelamatkan nyawa tante Rima, ternyata hantu penunggu gedung tua itu adalah jelmaan dari hantu wanita remaja yang bunuh diri akibat frustasi berat . Akhirnya semua rahasia yang ganjil ini terbongkar dan inilah akhir dari sebuah rahasia keluarga kami.