Pagi yang cerah mengawali
aktivitasku hari ini, dengan pakaianku yang seadanya dan tak ketinggalan topi
butut yang menjadi saksi perjalanan hidupku selama ini. Dengan semangat yang
membara ku awali aktivitas pagi ini. Seperti hari biasanya jika jam dinding
menunjukan pukul 08.00 WIB aku has segera bergegas pergi ke pasar tradisional didekat
rumahku. Ya inilah aku, aku pergi ke pasar bukan menjaja kue, bukanjuga seorang kuli angkut. Tugas ku di pasar
itu sebagai tukang parkir, bukan hal yang aneh zaman sekarang ini wanita yang
berprofesi sebagai tukang parkir atau mungkin salah satu dari sekian juta
wanita yang bekerja sebagai tukang parkir. Aku berhenti sekolah setelah lulus
SMA, ayahku tak memiliki biaya untuk meneruskan sekolah kejenjang yang lebih
tinggi. Aku menjadi tukang parkir di pasar ini karena ingin membantu ayahku
yang saat ini banyak dililit hutang . Awalnya aku kecewa dengan Ayah karena
utangnya banyak di mana-mana tapi sekilas terbayang di benakku semua itu ia
lakukan untuk membiyayai ku sekolah.
***
Bedug Magrib telah tiba, Adzan telah
berkumandang di mana-mana dengan wajah yang penuh kelelahan aku pulang ke
rumah. Sebenarnya tempat tinggalku sekarang tidak layak untuk dikatakan sebagai
tempat tinggalsebab bangunan ini sudah
ini sudah sangat tua dan seadanya. Andai ada angin puting beliung mungkin rumah
ini telah roboh dan hancur, tapi
itu semua tak menjadi beban untukku , bagiku rumah ini sudah seperti istana
untuk aku dan ayah, karena terlalu banyak kenangan manis yang ku ukir bersamya.
Ya hanya aku dan ayah, sejak kecil ku hanya dibesarkan ayah, kata ayah aku tak
pernah memiliki ibu, akupun tak pernah ingin tau siapa ibuku . Saat ku ingat
ibu ayah slalu menghiburku dengan leluconnya. Dia bilang ibumu adalah ayah,
ayahlah yang mengandungmu, ayahlah yang menyusuimu, dan ayah pulalah yang
membesarkanmu hingga sekarang ini. Akupun sontak tertawa dengan lelucon ayah
yang konyol dan tidak masuk diakal itu. Tapi sekarang ayah sudah tidak bisa
lagi menghiburku dengan leluconnya, iya sekarang hanya bisa terbaring di tempat
tidurnya, saat ini dia sedang sakit. Saat ia tidur ku sering memperhatikannya
sambil meneteskan air mata ku melihatnya ku perhatikan inci demi inci, badan
yang dulu tegap, kekar sekarang mulai membungkuk, rambut yang dulu hitam sekarang memutih,
kulitnya yang dulu kencang kini mulai keriput . Mungkin itu semua wajar
diusianya yang sudah tua .
***
Malampun tiba, suasana malam yang
sepi begitu terasa, hanya suara jangkrik yang terdengar . Malam itu aku melihat
ayah yang sedang menjahit sebuat switer yang berwarna coklat. Switer itu sudah
terlihat tua dan kusut . Namun ayah tetap berusaha menjahitnya karna hanya
switer itulah satu-satunya yang ia milikki. Aku tak kuasa menahan haru dan
tangis, beribu-ribu air mata jatuh membasahi pipiku, dia rela berkorban,
bekerja banting tulang membiyayai ku sekolah, sehingga ia lupa membeli
barang-barang yang dibutuhkannya itu semua hanya ia lakukan untukku. Sungguh
besar pengorbanan ayah selama ini.
Sedang asyik melihat ayahnya tiba-tiba ayah juga terkejut melihat puteri. “ Put,
kenapa kamu berdiri di situ ? ” . “ Hmm, tidak ayah … tidak apa-apa “ jawabku
sedikit panic, “ Oh, ayo ke sini , ayah sedang menjahit switer, biarpun sudah
tua kayak gini ayah tetap masih bisa masih menjahitnya”. “ Iya yah, kenapa ayah
tidak membeli yang baru ?” Tanya puteri. “ Uang darimana nak, sekarang saja
hutang dimana-mana, ayah malu karena kondisi ayah yang sudah tua ini tak bisa
bekerja lagi, sehingga yah harus memanfaatkanmu untuk mencari uang”. “ Ayah,
kenapa ayah bicara seperti itu bagi puteri ayah adalah salah satu dari sekian
banyak ayah yang terbaik di dunia ini , Puteri beruntung punya Ayah yang selama
ini bisa membesarkan Puteri’’. ‘’ Sudahlah Put, tak usah berlebihan”.
***
Seperti biasa begitulah ayah, tak
pernah mau membanggakan dirinya sendiri walaupun bagiku sebenarnya ialah
seorang ayah dan ibu, yang baik untukku. Terik matahari yang begitu menyengat
tak membuat semangatku padam untuk bekerja. Setiapku mengingat ayah maka
semakin membara api-api yang membakar semangat itu. Setelah seharian penuh ku
bekerja aku merasa lelah akupun beristirahat sejenak. Aku teringat saat ayah
menjahit switernya, akupun berniat ingin membelikan switer hangat untuk ayah,
karena satu minggu lagi hari ulang tahunnya. Akupun bergegas pulang ke rumah.
Setiba di rumah ku buka celenganku ternyata tabunganku lumayan cukup. Akupun
segera kembali ke pasar, setelah cukup lelah mengelilingi pasar akhirnya ku
dapatkan juga switer itu. Switer biru yang harganya tak begitu mahal , namun
cukup untuk menghangatkan tubuh ayah, dan aku yakin ayah pasti bahagia dengan
switer yang ku berikan ini.Seminggu
berlalu, hari bahagia ayah itu tiba. Switer itu aku bungkus dengan rapi
sehingga menjadi kado yang bagus dan seperti kado yang berhaga mahal, dalam
kado itu aku selipkah sebuah surat.Isi
surat itu berbunyi seperti ini : Ayah, semua yang ku berikan hari ini tidak
cukup membalas dengan apa yang pernah ayah berikan, ayah membesarkanku seorang
diri, ayah merawatku selama ini, lewat surat ini ku sampaikan rasa terimakasihku
kepada ayah, terimalah switer hangat ini. Ini bukan switer mahal Puteri membeli
switer ini dengan jerih payah Puteri. Sekali lagi terimakasih ayah, aku sayang
ayah sampai kapanpun.
Lewat surat
itu ku tumpahkan segala rasa sayangku pada ayah.
***
Setelah ku berikan kado itu, ayahpun
membaca surat yang ku tulis, ku kira ayah tak menghiraukan surat itu, ternyata
ayah menangis membaca surat itu, akupun ikut menangis. “ Makasih nak” ucap ayah
pada Puteri, sambil menahan air mata. “ Iya yah, Puteri sayang, Ayah harta
Puteri satu-satunya yang sangat berharga” (sambil berpelukan mereka berdua
saling mengasihi layak seperti ayah dan anak ). Saat asyik berkasih sayang
antara Puteri dengan ayahnya, tiba-tiba ayah memulai bicara kembali.“ Put, ayah ingin menceritakan sesuatu”. “
Apa ayah ? Ceritakan saja”. “ Ini soal keberadaanmu, dulu ayah mengadopsimu
dari panti asuhan. Ayah merasa kesepian , karena tidak memiliki pasangan hidup
dan anak”. “ Benar ayah, jadi ayah bukan orang tua kandungku ?” . “ Iya, tapi
sampai kapanpun ayah tetap menganggapmu seperti anak ayah sendiri, apakah kamu
masih mau menjadi anakku ?” . “ Benarkah ayah, Puteri sangat mau, Puteri sayang
ayah, terimakasih ayah”. “Iya sayang…” (sambil berpelukan).
***
Akhirnya semua telah terungkap,
sekarang Puteri tau kalau dia bukan anak kandung dari ayahnya, namun itu tidak
menjadi masalah , mereka tetap saling mengasihi layaknya seperti anak dan ayah
kandung. Puteripun tak menghiraukan siapa dan dimana orang tua kandungnya berada.
Baginya sekarang yang orang tua kandungnya adalah ayah yang selama ini
membesarkannya.
Akhir
Sebuah Rahasia
Karya :
Aulia A.f
Secercah
mentari pagi nan hangat menyinari bumi yang tadinya hitam kelam, mengganti hari
yang tadinya kusut menjadi cerah dan diselimuti embun pagi yang sejuk. Aku
terbangun dari tidur lelapku, ku buka jendela kamar sambil ku rasakan indahnya
hari berharap hari ini akan menjadi hari yang lebih baik dari sebelumnya. Seperti
biasa setelah bersiap-siap aku sarapan pagi, ditemani sepiring nasi goreng dan
segelas susu hangat buatan tante Susan . Sesudah sarapan aku berangkat sekolah.
Saat perjalanan menuju sekolah langkahku terhenti karena melihat kerumunan
orang-orang di depan sebuah Gedung tua peninggalan Belanda. Karena rasa
penasaran akupun mencoba mendekat untuk mengetahui lebih detail apa yang
sebenarnya tengah terjadi. Setelah melihat lebih dekat aku begitu terkejut melihat
mayat seorang laki-laki paruh baya tewas dengan keadaan yang mengenaskan. Di leher
laki-laki itu ada bekas cekikan, dan wajahnya hitam lebam seperti terbakar,
akupun mencoba bertanya dengan warga sekitar sebab musabab kematian laki-laki itu.
“ Begini neng tadi malam laki-laki ini lewat di depan gedung tua ini , katanya
saat lewat di sini ia melihat seorang wanita cantik yang ingin minta tolong,
tapi karena laki-laki ini mempunyai niat yang kurang baik akhirnya ia menemui
ajalnya dengan cara mengenaskan, konon kata orang dekat sini neng ya wanita
yang minta tolong itu adalah jelmaan dari hantu penunggu gedung ini, katanya
lagi neng ya sudah banyak warga yang sering melihat penampakan wanita itu
apabila lewat di sini pada tengah malam selain itu juga sering lho neng
terdengar suara tangisan , iiihh saya saja sampai merinding kalau dengar
ceritanya” ujar warga itu yang bercerita panjang lebar. “ Owh begitupak, ya sudah makasih ya infonya, saya mau
buru-buru ke sekolah” jawabku. “ Iya sama-sama neng lainkali hati-hati kalau
lewat sini” sahut bapak itu.
Sesampainya di sekolah aku
menuju kelas, di kelas sudah ramai anak-anak membicarakan misteri gedung tua
itu. Akupun tertarik untuk mendengarkan cerita mereka. “ Eh Ariana, sini kumpul
bareng kita lagi ngomongin misteri gedung tua Belanda “ kata Lisa sambil
mengambil bangku untuk aku duduk. “ wah kebetulan nih aku juga mau tau gimana
ceritanya gedung tua itu” sahutku. “ Begini ceritanya kalian tau kan gedung itu
sudah hampir 17 tahun di bangun, nah yang membangun gedung itu namanya Van Der
Evhan Awalnya gedung itu hanya dianggap sebagai rumah besar namun karena tempat
itu pernah menjadi tempat acara-acara besar makanya disebut Gedung .menurut
cerita gedung itu dihuni oleh keluarga kecil terdiri dari sepasang suami istri
dan 2 orang anaknya beserta pembantu mereka.Pembantu itu sangat cantik
parasnya, siapun yang memandangnya akan terpesona, begitupula dengan Tuan Evhan
ia menaruh hati dengan sipembantu, dan tuan Evhan pun menyatakan cintanya pada
Rima nama pembantu itu tanpa sepengetahuan istri dan anak-anaknya. Gayung
bersambut mereka menjalin hubungan cukup lama , dan hal itu tidak menimbulkan
kecurigaan nyonya Evhan. Setiap malam setelah istrinya tidur Tuan Evhan pergi
ke kamar Rima. Hingga suatu ketika terjadi suatu kejadian diluar perkiraan Rima
hamil 3 bulan, lalu ia meminta pertanggung jawaban kepada tuan Evhan, tuan
Evhan pun bersedia menikahi Rima dengan syarat hal yang mereka lakukan selama
ini tidak boleh diceritakan kepada siapapun termasuk ibunya Rima. Tuan
Evhan pun menyuruh Rima untuk pulang ke kampungnya, dia berjanji pada Rima akan
menikahi gadis itu dikampung Ibunya. Setahun sudah berjalan, pernikahan mereka
belum juga diketahui oleh Ny Evhan, dan Ibunya Rima pun tidak tau bahwa tuan
Evhan sudah punya anak dan isteri. Rima sudah melahirkan seorang anak laki-laki
hasil hubungannya dengan tuan Evhan. Suatu ketika saat tengah duduk sendiri
tuan Evhan ingat akan anak dan istrinya di Kota, ia pun merindukan 2 putrinya
yang sudah setahun itu tidak ia jumpai, ia menceritakan semuanya pada Rima,
dengan berat hati ia mengijinkan sang suami pergi meninggalkannya. Sungguh
perih hati Rima ditinggalkan orang yang sangat ia kasihi dan cintai. 2 tahun
berlalu Rima masih setia menunggu kepulangan sang suami namun hari terus
berlalu sang suami tak kunjung datang, terpikir di benaknya apakah tuan Evhan
sudah lupa dengan anak dan istrinya di kampung. Detik berganti menit, menit
berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan,
bulan berganti tahun masih sabar ia menunggu. Hingga suatu ketika terpikir
olehnya untuk menyusul tuan Evhan ke kota sang anak ia titipkan dengan ibunya.
Perjalanan panjang ia lalui, akhirnya sampailah ia di rumah tuan Evhan. Dengan
senyum bahagia dan rindu yang teramat dalam pada suaminya dengan segera ia
mengetuk pintu rumah tuan Evhan. Dan ternyata sampai sekarang perselingkuhan
tuan Evhan dan Rima belum diketahui sedikitpun oleh Ny Evhan justru sebaliknya
dengan senang hati Ny Evhan menyambut Rima dengan ramah sama seperti pertama
dulu saat ia diterima menjadi pembantu dikeluarga itu. Rima pun diterima lagi
bekerja sebagai pembantu di rumah itu anak-anak Ny Evhanpun sangat senang
bermain ditemani oleh Rima yang sebenarnya adalah Ibu tiri mereka. Tuan Evhan
sedang melakukan tugas kerja diluar kota ia belum mengetahui kedatangan Rima
wanita kedua yang dicintainya. Setelah selesai masa kerjanya diluar kota tuan
Evhan kembali ke rumah dan lagi-lagi kesempatan besar datang sang istri bersama
2 anaknya pergi ke Belanda untuk menikmati liburan tinggalah ia dirumah berdua
dengan Rima istri keduanya itu. Satu minggu lamanya ditinggal oleh Ny Evhan,
selama itu juga mereka bebas menjalin hubungan bagaikan sepasang kekasih yang
sudah lama tidak bertemu, mereka saling melepas rindu karena hampir 3 tahun
tidak bertemu . Seperti kata pepatah sepandai-pandainya menyimpan bangkai pasti
akan tercium juga pepatah itulah yang sangat tepat dikatakan pada tuan Evhan
dan Rima . saat mereka tengah terlelap tidur berdua tanpa mereka ketahui Ny
Evhan pulang, ia terkejut tidak menemui suaminya di kamar, awalnya ia mengira
sang suami belum pulang dari luar kota namun tanpa disengaja saat ia akan pergi
ke kamar Rima untuk menanyakan hal-hal yang terjadi selama ia tidak ada
dirumah. Ketika ia membuka pintu alangkah terkejutnya ia menemukan suaminya
tidur bersama sang pembantu, kemarahan Ny Evhan tidak dapat dibendung ia marah
sejadi-jadinya, menghina Rima habis-habisan, dan mencaci maki sang suami. Tapi
karena kesabaran Ny Evhan kejadian malam itupun masih dapat ia maafkan, tetapi
kali ini Ny Evhan agak berbeda dari sebelumnya ia lebih suka mengurung diri di
kamar, sesekali terdengar tangisannya, Rimapun merasa tidak enak, walaupun Ny
Evhan masih bersikap ramah padanya. Kesedihan Ny Evhan berangsur-angsur hilang
berkat buah hatinya yang selalu setia menghibur dan menenangkan hatinya yang
kalut. Semua kembali seperti semula keluarga itu kembali bahagia, namun
lagi-lagi musibah dan cobaan melanda keluarga ini, perut Rima semakin membucit
dan tentu saja ia tidak dapat menyembunyikan hal itu, akhirnya Ny Evhan
mengetahui hal itu betapa marahnya ia, tuan Evhan
yang juga mengetahui hal itu tidak bisa lagi mengelak bahwa anak yang ada di
dalam kandungan Rima adalah anaknya, Ny Evhan pun minta cerai dengannya, tuan
Evhan di landa kebingungan disisi lain ia lebih memilih Rima tapi jika itu
terjadi maka ia akan berpisah dari Ny Evhan dan 2 anaknya, semua orang akhirnya
mengetahui aib dikeluarga itu betapa malunya tuan Evhan ia pun dipecat dari
kantor ia bekerja, semakin kusut pikirannya. Akhirnya ia pun memutuskan
hubungannya dengan Rima, Rima yang tau hal itu tidak mau karena ia sudah
mempunyai 2 anak dari tuan Evhan selain itu ia juga terlanjur amat mencitai
tuan Evhan. Tuan Evhanpun tidak bisa menerima hal itu, ia pun mengambil jalan
pintas yaitu membunuh Rima di dekat pohon Tua di depan gedung itu. Rima tewas
dengan keadaan kepala tergantung seolah ia Nampak seperti gantung diri, padahal
yang menggantung dirinya adalah suaminya sendiri. Setelah kejadian itu tuan
Evhan mengajak keluarganya pindah ke Belanda tempat asalnya untuk menghilangkan
rasa malu yang besar. Nah setahun setelah kematian Rima ,dekat gedung itu
sering sekali terdengar tangisan wanita yang meminta tolong. Menurut warga
sekitar itu adalah jelmaan dari arwah penasaran Rima, sampai sekarang hantu itu
masih sering suka mengganggu warga yang lewat dekat situ, bahkan katanya lagi
nih ya sudah banyak orang yang meninggal dekat situ gara-gara menjadi korban hantu
itu” cerita Andre panjang lebar. Andre adalah anak yang mempunyai kemampuasn
inrda keenam atau sering disebut sixth sense. Dengan kemampuannya inilah ia
bisa mengetahui cerita-cerita mistis dimasa lalu bahkan yang hampir ratusan
tahun masih dapat ia ketahu, “ Owh begitu, lalu bagaimana dengan anaknya Rima
yang pertama yang ia tinggalkan di desa, lalu nama tuan Belanda itu kenapa sama
dengan nama ayahku ? “ tanyaku dengan penuh rasa penasaran. “ Nah kalau masalah
itu aku tidak tau yang jelas mungkin sekarang ia sudah seumuran dengan kita ,
danduduk di bangku kelas 3 SMA, mungkin
hanya kebetulan saja “ jawab Andre dengan meyakinkan. Tidak terasa bel masuk
berbunyi bu Reina guru Bahas Inggris sekaligus walikelas XII IPA masuk kelas
dengan diiringi seorang anak laki-laki berperawakan tinggi, putih persis
seperti keturunan bule. “ Selamat pagi anak-anak” ucap bu Reina. “selamat pagi
buu” jawab kami serentak. “ Hari ini kita kedatangan murid baru pindahan dari
desa namanya adalah Reza , nah Reza sekarang perkenalkan nama dan asal sekolah
di depan teman-teman barumu” ucap bu Reina. “ perkenalkan nama saya Afrian Reza
Prasetya, kalian bisa panggil saya dengan nama Reza, asal sekolah saya yaitu
sebuah SMA Negeri di desa saya tinggal, semoga kita bisa berteman dengan baik “
terang Reza dengan rasa malu-malu. “ Reza sekarang kamu boleh duduk disebelah
Andre” , “baik bu” sahut Reza. Kamipun terkejut dengan perkenalan Reza tadi ia
memiliki perawakan seperti keturunan bule tapi ia berasal dari desa sungguh membingungkan.
Jam pelajaran pertama dan kedua berlalu saatnya jam istarahat. Karena rasa
penasaran, kami ingin mengenal Reza lebih dekat, ternyata anaknya sangat ramah,
ia berkata apa adanya, penampilannya pun sederhana. Baru pertama berkenalan
kami semua sudah sangat akrab dengan Reza rasanya seperti sudah berteman sejak
lama. Jam pelajaran ketiga dan keempat dilalui bel pulang berbunyi, seluruh
siswa berhamburan keluar. Seperti biasa karena rasa persahabatan yang erat kami
pulang bersama-sama baik laki-laki maupun perempuan semuanya sama tetap kompak.
Teman yang lain sudah sampai di rumahnya masing-masing kini tinggal aku dan
Reza kebetulan rumah kami searah dalam perjalan terjadi dialog kecil . “ Oya
Ariana rumah kamu dimana sih ? “ Tanya Reza. “ Owh rumah aku di jalan Anggrek
no 34, kalau kamu ? “ Tanya ku lagi. “ Owh kebetulan rumah aku juga di jalan
Anggrek no 41 , kamu tinggal sama siapa ? ‘’ tanyanya lagi. “ wah berarti rumah
kita dekat dong, aku tinggal sama tante Susan, dan kakakku Letisya kamu ?” “
iya rumah kita dekat, kalau aku juga ikut tante aku. Kamu kenapa gak tinggal
sama orang tuamu ?” Tanya Reza dengan serius. “ Owh , yaa soalnya orang tua aku
kerja di Belanda , kamu sendiri tidak ikut orang tuamu juga ?” Tanya ku balik.
“ Owh gitu ya , waah kamu masih beruntung yah masih punya orang tua, kalau aku
orang tuaku udah meninggal sejakumurku
3 tahun di desa aku diasuh dan dibesarkan oleh nenek dan tanteku mereka sangat
baik. Tapi sampai sekarang ini aku tidak tau bagaimana wajah ayah dan ibuku ,
makam merekapun aku tidak tau “ Cerita Reza dengan sedih. “ Hmm…aku turut
prihatin Za dengan keadaanmu, apakah kamu yakin kedua orang tuamu meninggal “
Tanya ku dengan rasa penasaran. “ yaah sebenarnya aku tidak yakin, dulu ketika
aku masih duduk dibangku kelas 1 SMA aku mencoba menanyakan hal itu pada nenek
tapi bukannya mendapat jawaban aku malah dimarahi habis-habisan olehnya, dan
aku juga pernah menemukan foto ayah dan ibu di kamar nenek, tanpa
sepengetahuannya foto itu aku simpan sampai sekarang ini, bahkan jika ada waktu
luang aku sering mencari informasi tentang orang tuaku dengan menggunakan foto
ini, namun hasinya nihil hampir 2 tahun aku mencoba mencari tanpa kenal lelah
sampai sekarang tetapi hasilnya masih belum membuahkan hasil, sedikitpun
informasi tidakpernah ku dapatkan,
itulah yang sering membuatku kecewa” ungkap Reza dengan sedih. “ Sabar yah za
mungkin sekarang bukan waktunya kamu dipertemukan dengan mereka, Tuhan pasti
memiliki rencana yang baik, oya kamu bisa kok ngajak aku buat bantu cari orang
tuamu dengan senang hati akan aku temani “ hiburku. “ Iya mungkin yang kamu katakan
benar, iya nanti kalau aku cari orang tua aku, pasti aku ajak kamu kok “ ucap
Reza sambil tersenyum. “ Nah sekarang aku sudah sampai di rumah , sampai jumpa
lagi ya “ ucapku sambil masuk ke dalam rumah. Sampai di rumah ternyata aku
sudah ditunggu oleh tante Susan dan kakakku Letisya, tetapi ada yang aneh
ketika aku datang tante susan langsung memelukku sambil menangis. “ Tante, ada
apa, kok tante nangis, cerita dong sama aku “ ucapku dengan rasa khawatir. “
Kamu yang sabar yah sayang , tadi tante mendapat telpon bahwa ayah dan ibu kamu
mengalami kecelakaan pesawat tadi malam saat pulang menuju Indonesia” ucap
tante Susan sambil menangis, awalnya aku tidak percaya. “ Tante, mungkin tante
salah, kakak apa benar kak ? “ tanyaku dengan nada sedih . “ benar dek , yang
dikatakan tante itu semuanya benar, mayat ibu sudah ditemukan tapi ayah sampai
sekarang belum ditemukan, nanti sore jenazah ibu akan di bawa kemari “ jawab
kakak sambil menangis. Kami bertiga larut dalam suasana duka, para tetangga
sudah banyak yang melayat ke rumah sembari menunggu kedatangan jenazah ibu.
Pukul 15.00 WIB mayat ibu sudah disemayamkan di rumah, tangis kembali pecah
saat kedatangan jenazah, kami bertiga hanya bisa menangis di samping mayat Ibu.
Para kerabat Ayah dan Ibu dari dalam maupun luar negri banyak yang datang untuk
melayat, depan rumah kami penuh dengan karangan buka duka. Teman-teman satu
kelasku pun datang bersama bu Reina mereka mencoba menghiburku namun sedih yang
begitu dalam menutup tebal pintu hatiku sehingga getaran kebahagiaan tidak bisa
ku rasakan sedikitpun. Reza datang dia juga mencoba menghiburku, entah kenapa yang
tadinya kabut kesedihan sudah menutup hatiku seakan sirna setelah Reza berada
di dekatku dan menghiburku, sedikit demi sedikit tangisku mulai reda, pukul
16.30 mayat ibu dimakamkan, lagi-lagi aku dan kakak tidak dapat membendung air
mata kami hanya bisa menangis saat mayat ibu dikebumikan. Selesai acara pemakaman
kami pulang ke rumah , di rumah masih banyak
pelayat, teman-temanku pun belum ada yang pulang mereka seolah setia menemaniku
di saat batinku perih. Ketika tengah larut dalam kesedihan tiba-tiba telpon
rumah berbunyi, tante Susan segera mengangkat telpon, ternyata telpon itu dari
pihak kepolisian yang berhasil menemukan ayah dengan selamat, tetapi ayah masih
kritis di rumah sakit. Aku dan kakak sedikit lega ternyata ayah masih hidup
walaupun kondisinya tengah kritis. Pukul 19.30 para pelayat mulai pulang ke
rumah masing-masing semua teman-temanku pun meminta diri untuk pulang.
Tinggalah sekarang kami bertiga rasanya sunyi seperti ada yang hilang. Malam
semakin larut tapi mataku belum juga mengantuk sambil memandangi fotoku bersama
ibu dengan berurai air mata, semalaman penuh aku menangis, rasanya sangat berat
untuk menerima kenyataan pahit ini. Besok harinya aku tidak masuk sekolah
karena sakit, demamku sangat tinggi sehingga dokter menyuruhku untuk istirahat
yang cukup serta minum obat secara teratur. 3 hari sudah ku lalui kondisiku
berangsur-angsur membaik dan dokter memperbolehkan aku untuk masuk sekolah
kembali. Aku kembali sekolah seperti biasa walaupun masih diliputi rasa sedih
tapi ku coba menutupi dan tetap tersenyum dihadapan teman-teman. Tidak terasa
jam pelajaran berakhirsemua kembali ke
rumah masing-masing. Tetapi entah mengapa hari ini aku merasakan sesuatu yang
aneh, aku pulang sendiri saat melalui gedung tua aku mendengar tangisan seorang
wanita yang sangat memilukan hati yang mendengarnya. Aku mencoba mencari kearah
sumber suara itu setelah aku telusuri ternyata suara itu berasal dari gedung
tua itu, ketika hendak masuk tiba-tiba ada yang menegurku laki-laki itu
melarang aku untuk masuk ke tempat itu dengan alasan gedung itu sangat berbahaya,
akupun mengurungkan niatku untuk masuk ke rumah itu dan melanjutkan perjalanan
pulang ke rumah. Rasa penasaran terus penasaran terus membayangiku, seolah aku
sangat ingin mengetahui siapa sebenarnya wanita yang tengah menangis di tempat
itu. Apakah suara itu adalah suara hantu seperti yang diceritakan Andre
beberapa hari yang lalu. Aku terus menyusuri jalan, ketika sampai dirumah, aku
masuk ke kamar, di kamar aku menemui kakak yang tengah sibuk dengan tugas
kuliahnya. “ kak tante mana, kok rumah nampak sepi “ tanyaku. “ Tante tadi ke
rumah sakit katanya ingin mengetahui kondisi ayah saat ini “ jawab kakak dengan
tenang. “ Lho kalau tante jenguk ayah kenapa kakak gak ikut ? tanyaku dengan
sedikit kesal. “ dek kita saat ini memang dilarang bertemu dengan ayah untuk
sementara waktu “ kata kakak dengan nada meyakinkan. “ hah kenapa dia kan orang
tua kita kak ?” tanyaku sambil berurai air mata” . Kakakpun mendekat sambil
menghapus air mataku ia berkata. “ Dek kamu gak usah mikirin hal-hal yang
memang kita tidak diperbolehkan, yang jelas kita ikuti dulu kata-kata tante ,
kakak yakin kok nanti kalau ayah sudah membaik pasti kita diperbolehkan bertemu
dengannya, oya kamu pasti capek dan lapar kan, sebaiknya kamu ganti baju dulu
trus kita makan diluar “ . Hatiku sedikit lega mendengar perkataan kakak,
setelah berganti baju, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah kami. Setelah
membukakan pintu aku terkejut yang datang ternyata Reza. “ Eh Reza, silakan
masuk dulu“ kataku dengan tersenyum. “ iya, Ar kamu lagi sendirian ya di rumah,
keliatannya sepi banget” Tanya Reza. “ Aku gak sendirian kok di atas ada kak
Letisya , kalau tante lagi pergi ke luar , oya kamu mau minum apa ? sahutku. “
Mmm… apa aja deh “ jawab Reza. “ Ok, tunggu bentar ya “ balasku sambil ke
dapur. Beberapa saat kemudian aku kembali ke ruang tamu dengan membawa minuman
dan beberapa makanan kecil, namun saat aku hendak menuju ruang tengah aku
melihat gerak-gerik Reza
yang aneh saat memandang foto Ayah dan Ibuku. “ Za kamu ngapain kok
kelihatannya aneh gitu “ tanyaku dengan penasaran. “ Mmm…gak apa-apa kok Ar,
aku Cuma lagi mandangin foto ini aja, ini foto ayah dan ibumu ya ? tanyanya
lagi dengan nada gugup. “ Owh iya itu foto ayah dan Ibuku “ jawabku. “ wah
mereka Nampak serasi sekali ya” balasnya. “ Iya, oya silakan diminum dulu Za,
ngomong-ngomong kamu ada keperluan apa datang kemari “ ucapku memulai
pembicaraan. “ Iya, aku ke sini Cuma mau jalan-jalan aja soalnya aku lagi bosan
aja di rumah “ jawab Reza. “ Kok bisa sih kamu bosan, bukankah rumah kamu itu
sangat nyaman ? “ tanyaku lagi. “ Mmm…gak tau sih kenapa aku lagi bosan mungkin
aku belum terbiasa dengan suasana di kota “ jawabnya dengan santai. “ Owh gitu,
pasti desa kamu tinggal sangat nyaman dan damai ya “ kataku . “ ya begitulah
tapi kadang-kadang desa itu juga membuat kita sakit hati, gara-gara omongan
orang di kampung “ jawab Reza. “ emang mereka ngomongin apa sih jadi bisa bikin
sakit hati gitu ? tanyaku dengan bingung. “ ya itu semua karena gunjingan
mereka, terkadang aku malu dengar gunjingan itu, mereka sering sekali
mengatakan bahwa aku adalah anak haram, mereka bilang ibuku menjadi istri
simpanan majikannya di tempat ia bekerja dulu kata mereka “ jawab Reza dengan
nada sedih. “ wah ternyata perkataan mereka sungguh menyakitkan, kamu yang
sabar aja kalau itu tidak benar tidak usah di ambil hati” kataku sambil mencoba
menghibur Reza. Tanpa sepengetahuan kami ternyata kakak mendengarkan percakapan
antara aku dan Reza. Jam sudah menunjukan pukul 16.45 Reza pun meminta diri.
Setelah Reza pulang kakakpun keluar mendekati aku. “ Itu tadi siapa Ar, kok
kalian nampaknya membicarakan sesuatu yang sangat serius “ kata kakak dengan
penasaran. “ Owh itu Reza kak teman baru aku disekolah, kami Cuma membicarakan
masalah masa lalunya Reza “ jawabku sambil meninggalkan kakak, yang masih
berdiam diri di dekat pintu seolah memikirkan sesuatu. Malampun tiba, tante
pulang dari rumah sakit dengan wajah yang sedikit ceria. Tantepun mengajak kami
makan malam, setelah selesai makan malam aku pergi ke kamar untuk belajar dan
mengerjakan pr, sementara kakak dan tante di lantai bawah sambil menonton tv,
selesai mengerjakan pr akupun ingin menyusul kakak dan tante di ruang bawah, tapi
ketika hendak ke ruang tengah aku mendengar pembicaraan kakak yang Nampak
serius. “ Tante, aku mau cerita nih sedikit “ kata kakak. “ Mau cerita apa Sya
kok nampaknya sangat serius “ Tanya tante dengan penasaran . “ Gini tante tadi
sore kan temannya Ariana datng ke rumah, tapi Letisya lupa siapa namanya, dia
cerita sama Ariana tentang masa lalunya, nah ceritanya itu mirip banget sama
cerita keluarga kita di masa lalu, kan dulu itu ayah pernah berselingkuh dengan
pembantu kami lalu si pembantu itu hamil dan punya anak, anaknya itu ia tinggal
di desa, kalau gak salah anaknya Rima si pembantu itu kan seumuran sama Ariana
nah aku mulai curiga tan dengan Reza “ cerita kakak dengan serius . “ Ahh masa
sih Sya mungkin cerita temannya Ariana itu kebetulan aja mirip sama masa lalu
keluargamu “ jawab tante yang masih kurang yakin dengan cerita kak Letisya. Aku
yang sejak tadi mendengarkan cerita itu, Nampak shock apa mungkin yang
diceritakan Andre tentang keluarga Belanda itu ada sangkut pautnya dengan aku.
Dengan rasa penasaran dan sedikit kesal aku menghampiri kakak dan tante yang
sedang membicarakan masalah itu. “ Kakak apa benar waktu aku masih kecil ayah
berselingkuh dengan pembantu yang namanya Rima, lalu karena Ibu dan semua orang
tau tentang aib itu ayah membunuh Rima yang tidak lain adalah istri keduanya ?
“ Tanyaku dengan nada kesal . “ Ariana apa yang baru kamu katakana, itu tidak
benar kamu dapat cerita itu darimana” balas kakak dengan nada yang
marah. Seumur hidupku baru kali ini aku melihat kakak semarah itu. “ Lantas apa
yang baru saja kakak ceritakan tadi itu semua benar kan ka ? “ tanyaku dengan
nada tinggi . “ Cukup Ariana, kakak tidakmau mendengar pertanyaan seperti itu lagi, itu sama sekali tidak ada
sangkut pautnya dengan keluarga kita ! jawab kakak dengan marahnya. “ Tapi kak
“ plakk sebuah tamparan mendarat di pipiku baru kali ini ada seseorang yang
menamparku dan ia adalah kakakku sendiri, dengan rasa kesal, sedih, kecewa aku
pergi ke kamar meninggalkan kakak dan tante. “ Tan apa yang baru saja aku
lakukan kenapa aku sekejam itu pada Ariana “ kata kakak sambil menangis. “
Sudahlah Sya kamu jangan menyesali itu, sebaiknya kamu segera minta maaf pada
Ariana dan menurut tante juga sebaiknya kamu ceritakan semuanya karena tante
rasa sudah waktunya Ariana tau, walaupun cerita itu tidak berguna buatnya yang
jelas ia sudah harus tau semuanya “ jawab tante sambil menenangkan Letisya. Di
dalam kamar aku terus menangis, tiba-tiba aku mendengar kakak mengetuk pintu
dan memanggilku. Aku tidak mengiraukannya, karena masih kesal dengan sikapnya
tadi. “ Dek buka pintunya kakak mau minta maaf atas sikap kakak tadi, tadi
kakak terbawa emosi, maafin kakak ya kakak gak sengaja, kakak gak pernah kok
berniat sedikitpun menyakiti kamu, kakak mohon dek buka pintunya “ kata kakak.
“ Iya Ar buka pintunya tadi kakak kamu memang tidak sengaja menampar kamu, kamu
buka pintunya kak Letisya dan tante mau cerita sesuatu sama kamu “ sambung
tante. Akhirnya akupun membukakan pintu, setelah membuka pintu kakak langsung
memelukku sambil menangis.Kakak dan tantepun menceritakan hal yang selama ini
menjadi rahasia besar dikeluarga kami aku sangat terkejut cerita itu sama
persis dengan cerita yang disampaikan oleh Andre . Namun kami masih bingung
apakah cerita itu ada sangkut pautnya dengan Reza, entahlah yang pasti setelah
aku tau dengan cerita itu, ada yang lain kali ini di kehidupanku, apalagi
ketika bersama dengan Reza aku merasa seperti bersaudara dengannya bahkan
sekilas wajah Reza sangat mirip dengan Ayah.Rasa penasaran aku semakin
bertambah untuk megetahui teka-teki ini. Saat aku tengah larut dalam lamunanku
tiba-tiba handphone ku bordering, ternyata kakak yang mengontakku . “ Hallo,
ada apa kak ? “ tanyaku . “ Dek sekarang kamu dimana , kamu bisa gak pulang
sekarang ? “ jawab kakak dengan sedikit panik. ‘’ aku lagi di jalan kak, iya
ini aku segera pulang bentar lagi juga sampai kok “ sahutku . setelah itu tidak
terdengar lagi suara kakak dari telpon sepertinya sudah ia matikan. Akupun
buru-buru pulang ke rumah, sesampainya di rumah aku langsung di ajak kakak
pergi, katanya akan pergi ke rumah sakit, tapi kenapa harus tergesa-gesa begini
pikirku. Sampai di rumah sakit kami langsung menuju ruangan tempat ayah di
rawat, ketika sampai diruangan itu, aku dan kakak langsung memeluk ayah,
kondisinya mulai membaik seperti sedia kala namun kakinya yang retak membuatnya
tidak bisa berjalan, rasa haru dan senang jadi satu dibenakku . Setelah keadaan
mulai tenang sedikit ayah kembali menjelaskan perihal tentang rahasia itu,
sebelumnya ia terlebih dulu memanggil seseorang, setelah orang yang dipanggil
ayah itu datang, aku sangat terkejut bukan main ia adalah Reza. “ Reza “
kataku. “ Ayah apa ayah kenal dengan Reza ? “ tanyaku dengan terkejut . “ Iya,
perihal rahasia itu ada sangkut pautnya dengan Reza, Reza adalah anak ayah dari
perkawinan ayah yang ke 2 dengan bi Rima yang tidak lain adalah pembantu kita
dulu “ jawab ayah dengan sedikit takut. “ Apa ? gak mungkin ! sahutku. Dengan
rasa marah, kesal, sedih, tidak percaya aku pergi meninggalkan mereka semua
dengan berurai air mata aku terus berlari tanpa arah, aku sampai ditaman dekat
rumah sakit , di tempat itu aku hanya bisa duduk sambil menangis hujan turun
seakan langit juga merasakan kesedihanku, awan hitam kelam menutup langit
cerah, membuat suasana menjadi
hitam kelam, seperti itulah yang juga aku rasakan saat ini. “ Ariana “ aku
terkejut medengar seseorang memanggilku dari belakang saat aku menoleh ternyata
Reza . “ kamu ngapain di sini gak usah deh sok prihatin ! sahutku dengan kasar.
“Ar, aku tau kamu masih kesal dengan semua ini, aku jua merasakan hal yang
sama, aku juga tidak menyangka kalau kita bersaudara “ jelas Reza . Aku menatap
Reza , tiba-tiba Reza memelukku lagi-lagi aku terkejut. “ Ar aku mohon kamu mau
kan nerima aku sebagai saudara kamu, kamu tau sendirikan kondisiku yang sangat
merindukan seorang ayah, sekarang aku sudah bertemu dengannya , walaupun aku
tidak tau bahwa ia juga ayah dari temanku sendiri, jujur Ar seandainya aku
tidak sayang dengannya, mungkin aku akan membalas dendam atas kejahatan yang
dilakukannya pada kami “ jawab Reza yang juga menangis. Di bawah langit kelam
kami bertangis-tangisan , mengetahui kejadian ini. Hujanpun reda , aku dan Reza
masih termenung mengingat kejadian ini, ayah, kakak dan tante datang
menghampiri kami. “ Ariana , Reza karena kalian sudah tau bahwa kalian
bersaudara, mulai sekarang ayah berencana untuk membangun keluarga kita yang
baru. Dan untuk kamu Za, maafin ayah yang sudah menelantarkan kamu selama ini
dan tidak memperdulikan kamu, ayah sungguh menyesal sekali lagi maafin ayah “
ucap ayah. Kami semua memeluk ayah, rasa haru dan senang jadi satu.
Sebulan kemudian ayah membeli rumah baru di kawasan pondok bambu ,
di rumah itu kami tinggal sekeluarga, yaitu ayah, kak Letisya, aku dan Reza .
Keluarga kamipun hidup dengan bahagia. Kamipun memulai hidup baru dengan
bahagia apalagi ada keluarga baru yaitu Reza . setiap hari aku dan Reza
berangkat maupun pulang selalu bersama-sama . Tidak terasa 1 tahun sudah ku
menjalani hidup baruku.
Pada suatu hari aku melihat
seorang wanita tengah kebingungan di depan pagar rumahku, aku mencoba
menghampiri wanita itu. “ Permisi bu, ibu mau cari siapa ? “ tanyaku. “
Mmm..saya ke sini mau cari yang namanya tuan Van Der Evhan, katanya di sini
rumahnya , apa benar ? “ Tanya wanita itu . “ iya ini memang benar rumah tuan
Evhan, anda siapa dan ada keperluan apa kemari ? “ . Begini non ada yang mau
saya sampaikan padanya “ jawab wanita itu . “ owh begitu, kalau begitu silakan
masuk ayah ada di dalam rumah “ kataku sambil tersenyum . Aku menyuruhnya duduk
sementara aku memanggil ayah. Aku ke dapur dan ayah menemui tamu itu, saat ke
dapur aku bertemu Reza “ Eh Ar, tumben kamu bikin minuman lagi ada tamu ya di
luar ? “ Tanya . “ Iya Za di luar sedang ada tamu, katanya sih mau cari ayah “
jawabku . “ tamunya cewek atau cowok ? “ Tanya Reza dengan penasaran . “ kamu
ngapain sih Za banyak nanya gitu, tamunya cewek “ jawabku sambil mengantarkan
minum ke ruang tamu . Setelah mengantarkan minum aku kembali ke ruang tv , aku
bertemu dengan Reza yang tengah mendengarkan perbincangan tamu itu dengan ayah,
aku juga melihat ia tengah memegang sebuah foto sambil memandangi mereka . “ Za
kamu ngapain sih, ngupingnya serius amat “ kataku . “ Ssstt Ariana kamu bisa
diam gak sih, init uh penting banget, coba deh kamu liat foto ini terus kamu
liat lagi ayah dengan perempuan itu mirip bukan “ balas Reza sambil menyerahkan
foto itu padaku . “ wah kamu benar Za ini sama persis , dan liat ayah
berpelukan dengan wanita itu ini gak bisa dibiarkan Za “ kataku dengan marah
sambil menghampiri mereka . “Ar tunggu “ panggil Reza. Aku terus mengahmpiri
mereka tanpa menghiraukan Reza yang terus mencoba
mencegatku. “ Ayah ! “ kataku dengan nada keras “ . Ayah terkejut dan berhenti
memeluk wanita itu . “ Ariana maafin Ayah ini tidak seperti yang kamu lihat,
ayah bisa jelaskan semuanya “ . “ Cukup ayah, tidak perlu ayah jelaskan
semuanya panjang lebar, cukup ayah jelaskan siapa wanita ini, aku kecewa yah,
aku kira ayah masih setia dengan ibu ternyata baru setahun kepergiannya ayah
sudah berani berpelukkan dengan wanita ini, aku kecewa yah , aku nyesal bisa
punya ayah kaya kamu, dan kamu juga wanita kurang ajar, berani sekali kamu
mencoba mendekati ayah saya, saya pikir kamu adalah wanita baik-baik ternyata
bukan, sekarang kamu pergi dari rumahku dan jangan pernah lagi datang kemari !
ucapku dengan nada marah sembari meninggalkan mereka semua . Aku langsung pergi
ke kamar dan mengunci pintu kamar, sambil membereskan semua pakaianku aku
berniat untuk pergi dari rumah. “ Ariana “ terdengar suara dari luar, akupun
tau itu adalah suara ayah dan Reza . “ Aku tidak menghiraukan mereka aku terus
membereskan pakaianku , setelah selesai aku keluar kamar , di saat membuka
pintu aku bertemu dengan ayah, Reza dan Wanita keji itu . “ Mau apalagi kalian,
gak puas bikin aku sakit hati ! “ ucapku dengan sinis . “ Begini nak maafin
ibu, ibu gak bermaksud menghancurkan kehidupan kalian, ibu bisa jelasin
semuanya” sahut wanita itu dengan nada lirih. “ Apa yang kamu jelasin semuanya
tuh percuma aku gak percaya sama orang seperti kamu, aku udah bilangkan kamu
pergi dari rumah ini kenapa masih disini ? “ jawabku dengan kesal . “ Ar coba
tolong dengerin kami dulu, lagian kamu mau kemana bawa tas begini, tolong dong
Ar dengerin dulu ceritanya “ kata Reza dengan nada memohon . “ Za apa sih yang
perlu didengerin , lagian aku mau pergi kemana aja kan bukan urusan kalian, aku
capek Za dengan masalah begini “ kataku sambil menangis.” Ok aku akan dengerin
semua penjelasan kalian, tapi tolong jangan pernah adalagi masalah yang seperti
ini, aku capek dengarnya “ kataku dengan terus menangis. Setelah keadaan tenang
ayah menceritkan semuanya. “ Begini nak kamu pasti tau kan dengan tante Rima ?
“ Tanya ayah dengan pelan. “ tau “ jawabku dengan dingin . “ Nah seandainya
tante Rima itu datang kembali, dan berada di tengah-tengah keluarga kita
bagaimana sikapmu apakah kamu mau menerimanya ? “ Tanya ayah dengan nada pelan
.“ Apa ! ayah sudah gila bar setahun
kematian ibu ayah sudah berpikir untuk menikah lagi, sungguh keterlaluan !
jawabku dengan nada marah . “ Ar tenang dulu, ayah tau bkan maksud ayah untuk
melupakan dan mencari pengganti ibu ini juga untuk kebaikan kita semua dengan
kondisi ayah seperti ini, kadang ayah merasa sepi sendiri, tidak ada yang
menemani, bahkan kamu tidak tau ayah sering menangis sendiri karena merindukan
sosok ibumu “ lanjut ayah sambil menangis . Setelah tau semua cerita ayah
barulah aku mengerti dan aku mulai tau bahwa wanita itu adalah tante Rima istri
ke 2 ayah, akhirnya aku bisa menerimanya sebagai ibu barku akupun meminta maaf
pada ayah dan tante Rima karena sudah bersikap kasar, akhirnya keluarga kami
telah lengkap karena ada sosok seorang ibu, ternyata tante Rima adalah wanita
yang baik, ia
persis
seperti ibu, aku dan kak Letisya sangat menyayanginya seperti ibu kami sendiri.
Ternyata isu bahwa tante Rima sudah meninggal dan menjadi hantu itu tidaklah
benar, ketika ayah menggantung diri tante Rima ada orang yang menolong dan
menyelamatkan nyawa tante Rima, ternyata hantu penunggu gedung tua itu adalah
jelmaan dari hantu wanita remaja yang bunuh diri akibat frustasi berat .
Akhirnya semua rahasia yang ganjil ini terbongkar dan inilah akhir dari sebuah
rahasia keluarga kami.