Selasa, 29 Mei 2012

                                       
AKHIR CERITA       
                                                        Karya : Aulia A.F
       
        Kini senja sudah berganti malam, menutup hari yang terasa begitu panjang, selesai mandi segera ku rebahkan tubuhku ini untuk melepas penat setelah seharian berjualan kue. Adzan magrib telah berkumandang sontak aku langsung bangun dari tempat tidur untuk menunaikan shalat magrib. Di kamar aku sudah ditunggu oleh ibu untuk menunaikan shalat bersama , ya di rumah kecil nan sederhana inilah hanya ada aku dan ibu tanpa kehadiran seorang ayah. Kata ibu ayah pergi saat aku berusia 1 tahun ia meninggalkan kami berdua tanpa pesan apapun, sering sekali ibu menangis saat menceritakan semua tentang ayah. Kata ibu, ayah adalah seorang sosok laki-laki yang baik, bertanggung jawab dan setia, namun karena orang tua ayah yang tidak setuju dengan penikahan, dengan alasan ibu terlahir dari keluarga miskin sedangkan ayah terlahir dari keluarga terhormat serta kaya raya tentunya, dan ayah telah dijodohkan dengan seorang wanita yang sederajat dengan keluarga mereka, karena alasan kesenjangan sosial dan tidak mendapatkan restu mereka akhirnya ayah disuruh berpisah dari ibu dengan berat hati ibu merelakan kepergian ayah untuk orang lain. Sungguh malang nasib ibu, ketika ibu bercerita tentang masa lalunya tidak lupa ia meninggalkan pesan untukku dengan maksud agar kehidupannya yang sekarang tidak terjadi lagi padaku. Begini pesan ibu “ Annisa, kamu sudah taukan cerita ibu yang sangat menyakitkan ini, ibu sangat tidak ingin kamu mengalami nasib yang sama, ibu Cuma berpesan sama kamu agar sekolah yang benar kejar cita-citamu biar jadi orang sukses dan terhormat di mata orang lain, jangan seperti ibu Cuma lulus SMA dan bekerja sebagai tukang jahit, jangan sampai hidup sengsara, dihina oleh orang lain’’ . yaa itulah pesan ibu, pesan itu benar-benar menancap dalam hatiku dikala aku sedang malas untuk belajar. Setlah selesai menunaikan ibadah shalat magrib aku belajar, sedangkan ibu memasak untuk kami makan malam. Setelah belajar, ku ambil sebuah kaleng bekas kue tempat penyimpanan uangku dari hasil berjualan kue. Sebenarnya ibu sangat melarangku berjualan kue ia hanya menyuruhku untuk sekolah dan belajar, namun tidak sampai hati aku melihatnya bekerja keras sendirian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk biaya sekolahku, namun aku tetap bersikeras untuk membantunya bekerja dengan alasan uang itu untuk membayar uang SPP dan menambah tabunganku untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu bangku kuliah semoga bukan hanya sekedar harapan belaka. Ku hitung lembar demi lembar uang ternyata hasilnya lumayan 250 ribu. Tabungan ini ku gunakan untuk bayar SPP. Tetapi semenjak aku banyak meraih prestasi di sekolah aku bebas dari pembayaran SPP tentu saja hal ini mengurangi beban pikiranku. Prestasi yang sering ku raih yaitu  juara 1 dan 2 lomba menyanyi. Yaa sesuai dengan keadaan itu aku memiliki cita-cita menjadi seorang penyanyi tapi mustahil bagi orang sepertiku. Cukup bagiku untuk memenuhi pikiran ku dengan angan-angan bisa menjadi seorang penyanyi.Uhuk...uhuukk...!!! aku tersontak kaget mendengar suara batuk yang berbarengan dengan suara piring jatuh, segera aku berlari menuju dapur ternyata ibu terjatuh kondisinya tampak lemah. “ Ibu, ibu kenapa ??” . “ Ibu tidak apa-apa nak, ibu Cuma kelelahan’’ . “ Hmm tapi Anissa khawatir ibu, ya sudah Annisa antar ibu ke kamar suapaya ibu bisa istarahat, nanti biar Annisa yang masak” . “ Jangan nak, ibu tidak ingin bikin kamu repot ibu masih kuat kok, kamu selesaikan saja belajarnya’’. “ Sudahlah bu tidak apa-apa lagian Annisa sudah selesai belajarnya’’ . Segera ku antar ibu pergi ke kamarnya, ku rebahkan ia di kasur yang sudah tua ini. Sedih hati ini saat melihat kondisinya yang sudah mulai tua dan rentan sakit-sakitan tak tega jika ku biarkan ia terus bekerja keras siang dan malam. Terkadang aku benci dengan ayah mengapa ia tega membiarkan kami hidup dalam kesusahan, aku tidak percaya dengan cerita ibu yang mengatakan bahwa ayah adalah sosok yang baik, bertanggung jawab, dan setia semuanya ku anggap omong kosong belaka, kalau ia memang baik tak mungkin ia tega membiarkan kami hidup dalam kesusahan, jika ia bertanggung jawab tak mungkn ia meninggalkan kami tanpa menafkahi, dan jika ia setia tidak mungkin ia mau melepas ibu dan menikah lagi dengan wanita lain. Seandainya Tuhan memberi kesempatan untuk bertemu dengannya mungkin orang itu akan ku caci maki karena perbuatannya yang begitu kejam. Tapi apalah dayaku jangankan untuk bertemu dengannya, melihat wajahnya pun tidak pernah, foto-foto yang beraitan dengan ayah nampaknya sudah dibuang ibu untuk melupakan semua kenangan dengannya. Tanpa ku sadari aku meneteskan air mata mengingat semua penderitaan yang kami rasakan. Ibu selalu berkata saat aku mengeluh “ Nak jangan pernah mengeluh dengan cobaan dan ujian ini, ini adalah bukti bahwa Tuhan sayang dengan kita, Tuhan tidak pernah memberikan ujian melampaui kemampuan hambanya, bersyukurlah kita nak masih diberi kehidupan yang layak seperti ini punya rumah, makan 3x sehari, kamu bisa sekolah seperti teman-teman yang lain, coba sekarang kamu lihat orang-orang yang tinggal di kolong jembatan tidak punya rumah, makan pun belum tentu mereka dapatkan dengan mudah, bahkan banyak anak-anaknya tidak bisa bersekolah karena ketidakmampuan biaya hidup’’ . Yang ibu katakan memang selalu benar seharusnya aku tidak banyak mengeluh dalam menjalani hidup masih banyak orang yang kehidupannya lebih sakit lagi dari kami.
***
            Mentari kembali menyapa bumi, membuka semua lembaran baru. Ku buka mata ini, rasa kantuk masih menyelimutiku entah sampai jam berapa tadi malam aku menjaga ibu. Perlahan aku bangkit dari tempat tidur, ku buka tirai jendela kamar dan ku sibal horden tua yang sudah lusuh ini. Ku pandangi sejenak pemandangan pagi ini, sunggu indah mentari pagi dengan diselimuti kabut tebal. Aku kembali teringat dengan kondisi ibu, segera aku beranjak dari kamar, aku bergegas menuju kamar ibu, tetapi tak ku temukan sosok seorang wanita setengah baya namun parasanya tetap cantik, sebenarnya ibu masih muda umurnyapun masih 37 tahun, ia menikah muda. Aku kaget bukan kepalang melihatnya tidak ada di kamar, buru-buru aku pergi ke ruang tamu ternyata ibu sudah bangun sejak pagi buta, ia sedang tengah asyik menjahit baju-baju orederan para pelanggannya. ‘’ Ibu, ibu sudah bangun, bu kenapa ibu malah bekerja bukankah seharusnya ibu bekerja ?’’ . “ Eh Nissa, iya nak ibu sudah bangun sejak pagi buta untuk menyelesaikan baju orederan ini, sudah nak ibu tidak apa-apa taadi malam ibu Cuma masuk angin saja sekarang ibu sudah baikan, dan ibu buru-buru menyelesaikan pesanan ini biar pelanggan ibu gak kecewa, sudah kamu tidak usah memikirkan kondisi ibu, ibu masih kuat. Sebaiknya kamu siap-siap berangkat sekolah, jangan lupa sarapan ibu sudah menyiapkan makan pagi di meja makan’’ kata ibu sambil tersenyum dengan senyum manisnya yang khas. ‘’ sykurlah kalau begitu kalau ibu sudah merasa baikan, Annisa jadi sedikit lega, iya bu” jawabku. Selesai bersiap-siap aku sarapan pagi setelah selesai sarapan aku pamit dengan ibu. “ Bu, aku berangkat dulu ya, doakan biar Nissa bisa belajar dengan baik di sekolah’’ . “ Iya nak, doa Ibu selalu menyertaimu, hati-hati di jalan, oya ini uang jajan buat kamu’’, “ gak usah bu, uang jajan Annisa masih ada kok” jawabku seraya berpamitan dan bergegas berangkat ke sekolah. “ ya sudah, hati-hati di jalan’’ .
***
            Jarak yang cukup jauh antara rumah dan sekolah hanya aku tempuh dengan jalan kaki, meskipun penat dan lelah meliputi namun tidak menjadi halangan buat semangatku dalam belajar. Dalam perjalanan menuju sekolah aku bertemu dengan Andre, teman sekelas ku. “ Annisa, tunggu” . “ Eh, Andre, tumben jalan kaki biasanya kan kamu diantar pakai mobil ?’’ . “ Hmmm...mobil aku tuh lagi mogok dekat sini pak Hadi sedang membetulkannya, tapi ku pikir itu memerlukan waktu yang lama dan bisa-bisa aku telat ke sekolah kebetulan aku liat kamu lewat jadi kenapa gak barengan aja gitu sama kamu..hehe’’ . “ ouh begitu, ya sudah kalau begitu jadikan aku ada teman berangkat ke sekolahnya’’ . “ Iyaa, mmm Nissa kamu tau kan kita udah 3 tahun sama-sama menjadi teman satu kelas’’ . “ Iya, emang kenapa Ndre ?’’ . “ Gini, kamu tau dong pastinya tentang cinta, dan bagaimana rasanya jatuh cinta ?’’ . “ Hah maksud kamu apa Ndre, aku gak ngerti urusan cinta, dan aku belum pernah jatuh cinta” . “ Ya ampun Nissa yang bener aja kamu gak tau urusan kayak gitu, ya udah deh to the point aja biar kamu negrti, gini Niss sebenarnya aku udah lama memendam rasa ini, tapi aku malu dan gak tau bagaimana cara mengungkapkannya, dan ku rasa sekarang adalah waktunya buat nyatain hal itu, Annisa kamu mau gak jadi pacar aku ?” . “ Haah Ndre kamu gak salah ngomong nih ?’’ . “ Annisa, pernah gak sih aku bercanda, aku serius please Ann jawab sekarang, jawabanmu sangat berharga buatku” kata Andre penuh dengan keseriusan. “ Aduh, gimana yaa, aku gak bisa jawab sekarang Ndre aku perlu waktu, lagian aku buru-buru bentar lagikan bel masuk’’ jawabku seraya melangkah dengan cepat meninggalkan Andre. “ Annisa tunggu, ok aku kasih kamu waktu beberapa hari untuk jawab semuanya, tapi sekarang aku boleh barengan sama kamu kan ke sekolahnya ?’’ . “ Mmm ya sudah, ayo buruan nanti telat’’ .
***
            Sesampainya di sekolah aku dan Andre buru-buru menuju ruang kelas XII IPA 2. Di kelas sudah ramai teman-teman mengolok-olok aku dan Andre gara-gara aku datang bersama dengannya. “ Ciyee,ciye tumben banget nih Annisa berangkat sekolah bareng Andre’’ kata Siska. “ iiihh.. apaan sih kita kan Cuma teman lagian Cuma kebetulan aja aku sama Andre itu berangkatnya barengan,huhu..” . “ Yeeyy Annisa kok malah cemberut sih, becanda aja kali, udah senyum dong cantik, hoho’’ . “ Siska udah dong jadi malu nih’’ jawabku. Bel masuk berbunyi tanda pelajaran dimulai seharian penuh aku tidak bisa konsentrasi penuh mengikuti pelajaran, pikiran ku kacau, mumet gara-gara kepikiran kondisi ibu di rumah, serta kata-kata Andre tadi pagi yang menyatakan cinta padaku. “ Sstt... Ann liat tuh daritadi Andre mandangin kamu mulu tuh jangan-jangan ada rasa tuh sama kamu’’ ledek Siska. “ Iihh Siska apa-apaan sih, udah deh jangna becanda ini tuh lagi jam belajar kalau ngomongin itu nanti aja, tahun depan’’ jawabku dengan sedikit kesal. “ Iya deh” .
                                                                       ***
            Tidak terasa bel pulang berbunyi, memekakan telinga siswa namun bagaikan berita gembira, semua siswa pulang ke rumah masing-masing, begitu juga dengan aku, tetapi sebelum pulang ke rumah aku pergi ke apotek dulu untuk membelikan obat buat ibu.  Setelah selesai membeli obat aku buru-buru pulang ke rumah. “ Assalamualaikum, bu Annisa pulang” . “ Waalaikumsalam, eh anak ibu yang canti udah pulang, gimana tadi belajarnya” . “ Ibu bisa aja nih, ya begitulah bu seperti biasa berjalan dengan baik, oya bu ini Annisa belikan obat buat ibu, tadi malam kan ibu tidak sempat minum obat karena obatnya habis makanya Annisa belikan buat ibu, Bu gimana gorengan udah siapkan biar Nissa bisa cepat-cepat berjualan ?’’ . “ Alhamdulillah kalau begitu, waah makasih banyak nak, tapi kamu dapat uang darimana nak bisa sampai membeli obat, obat ini kan mahal ? iya gorengan sudah siap, tapi kamu kan bari pulang  sekolah apa tidak capek ?’’ . “ sudahlah bu uang itu adalah tabungan Annisa dari berjualan kue, gak apa-apa kok bu, kan ibu pernah bilang suatu pekerjaan kalau dikerjakan dengan ikhlas pasti tidak akan terasa lelahnya’’ . “ begitu ya, ya sudah kalau begitu kamu ganti baju makan siang, istirahat baru berjualan’’ . “ Iyaa bu” . Selesai makan dan berganti baju aku menyiapkan kue-kue untuk dijual. Semua sudah siap saatnya berjualan. Aku menjual semua  gorenganku dengan berkeliling kampung, dan hari ini aku bersyukur dalam waktu yang tidak lama gorenganku habis di serbu pembeli. Sebelum aku pulang, aku istarahat sejenak untuk melepas penat, kembali terpikir olehku kata-kata Andre itu, tetapi kali ini aku merasa ada yang lain, yaitu aku merasa bahagia jika ingat Andre, apakah ini cinta ? hmm entahlah apa itu namanya yang jelas rasa itu benar-benar membuatku bahagia. Setelah beristirahat sejenak aku kembali pulang ke rumah membawa lembaran-lembaran rupiah. Aku kaget di depan rumah aku melihat Andre tengah berbincang-bincang dengan Ibu. “ Andre, kamu ngpain ke sini ?’’ . “ Annisa kok gitu sih sama temannya dia ke sini buat ngajak kamu jalan-jalan, sudah cepat mandi terus ganti baju kasian nie Andre sudah menunggu lama’’ . “ tapi bu..” . “ ayou cepat” . Aku menjalankan perintah ibu, setelah selesai mandi aku siap-siap, di depan cermin aku hanya senyum-senyum sumringah sendiri. “ Annisa cepat” . Iyaa bu” .
“ Waah Annisa kamu cantik banget” kata Andre. “ kamu apaan sih, udah buruan, bu Nissa berangkat dulu yaa” . “ iyaa hati-hati’’ .
***
Andre mengajak ku pergi ke taman, dengan diliputi rasa senang, malu, serta gugup jadi satu, hingga sepatah katapun tak bisa ku ucapkan. “ Niss kamu tau gak kenapa aku bsia jatuh cinta sama kamu?” . “ Gak tau, kenapa bisa padahal aku anaknya biasa banget” . “ Hmm iya karna kesederhaan itulah yang bikin aku cinta sama kamu aku harap kamu mau jadi pacar aku’’ . “ yakiin ? gak nyesal ?’’ . “ Iya aku yakin kenapa aku mesti menyesal jika memilih kamu’’ . “ Kalau itu alasan kamu aku bisa nerima, dan aku mau jadi pacar kamu’’ jawabku dengan nada malu-malu. “ Benar ? ini sangat menyenangkan, makasih sayang’’ kata Andre sambil memegang tanganku’’ . “ Iya benar’’ . Akhirnya aku dan Andre berpacaran setelash puas jalan-jalan ia mengantarku pulang. Sesampainya di rumah aku terkejut melihat sosok laki-laki paruh baya, gagah dan yang pasti penampilannya menunjukan bahwa ia bukanlah orang biasa, melainkan orang-orang dari kalangan atas. “ Maaf bapak siapa ?” tanyaku . “ Mmm saya Doni Aditya, kamu sendiri siapa, apakah kamu anak dari Mira Indrianti ?’’ . “ Ouh saya, Annisa, benar saya anak bu Mira Indrianti, bapak ke sini mau bertemu dengan siapa ?’’ . “ Annisa, ini ayah nak, kamu adalah anak ayah’’ . “ Haah ayah ?? gak mungkin ayah saya sudah pergi’’ . “ Benar nak ini adalah ayah, kalung yang kamu pakai itu adalah pemberian ayah pada ibumu dulu, liatlah kita punya kalung yang sama,sekarang bisakah kamu panggil ibumu, ayah sangat merindukannya’’ . “ Ayah, Annisa sangat merindukan ayah” kataku sambil memeluknya, ketika aku sedang beratngisan bahagia bersama ayah, tiba-tiba muncul ibu. “ Annisa, siapa laki-laki itu ?’’ kata ibu seraya terkejut, seakan iya mengenal sosok laki-laki ini. “ Bu ini ayah” . “ Iya Mira ini aku Doni suamimu, aku datang kemari untuk menemui anak dan istriku yang sudah lama terpisah, aku sangat merindukan kalian’’ . ‘’ Mas Doni, mengapa kamu kembali apakah anak dan istrimu tidak curiga” . “ sudahlah Mira kamu tidak usah menanyakan hal itu, yang penting sekarang kita bisa berkumpul layaknya keluarga yang utuh’’ .
            Malam ini adalah malam yang membahagiakan buatku inikah ganjaran kebahagiaan yang Tuhan berikan kepadaku setelah sekian lama ku alam duka dan kepahitan yang panjang. Malam ini ayah tinggal bersama kami, serta makan malam ini adalah makan malam pertama yang ku rasakan dengan kehadiran sosok seorang ayah. Terimakasih Tuhan atas anugerahmu.
***
            Sebulan setelah kebahagiaan itu, sekarang masa-masa penentuan akhir datang yaitu ujian sekolah, Andre yang tergolong dari keluarga yang berkecukupan tidak segan-segan mengajakku membeli buku soal-soal ujian dan belajar bersama, hal yang paling menyenangkan yaitu orang tua kami sama-sama setuju dengan hubungan kami ini, selain itu juga ibu berhenti menjadi penjahit sekarang iya dibuatkan ayah usaha Boutique jadi ibu tidak perlu lagi capek-capek bekerja siang malam, dan sekarang kami tinggal di rumah mewah. Ujian berhasil kami lewati dengan baik aku dan Andre meraih nilai terbaik di sekolah dan tentu ini menjadi kebanggan di keluarga. Acara perpisahan datang, pertanda semua perjuangan yang kami lewati selama ini berakhir, dan perjuangan berikutnya ada di tangan masig-masing namun hubungan aku dan Andre tidak berpisah kami masih berjuang bersama-sama meraih cita-cita. Andre dan aku mengambil jurusan yang sama yaitu jurusan Arsitektur. Jurusan ini sangat menyenangkan, di samping itu aku juga membuka les vokal sesuai keahlianlu di bidang menyanyi, walaupun keinginanku dulu menjadi seorang penyanyi tapi tidak tercapai, jadi lewat privat vokal inilah sebagai penyalur cita-citaku yang tertunda dulu, tapi aku bersyukur sekarang aku punya banyak anak didik di tempat les vokal yang ku beri nama My Musica ini. Banyak sekali peminatnya yang ingin bergabung, dan aku sangat bersyukur banyak prestasi yang kami raih dalam lomba menyanyi. Ternyata Andrepun tidak tinggal diam, iya yang mempunyai keahlian bermain musik juga bergabung bersama kami sehingga menambah kesempuraan di My Musica ini, prestasi demi prestasi kami raih, dan membuat kebanggan tersendiri bagi kami. Tetapi pekerjaan sampingan ini tidak membuat konsentrasi aku dan Andre terbagi-bagi kami tetap fokus belajar dan menyelesaikan kuliah dengan baik. Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan doa dan usaha keras hambanya, alhasil aku dan Andre mendapatkan gelar lulusan mahasiswa terbaik dengan nilai IP 3,5 sekali lagi aku sangat bersyukur atas semua ini. Selesai kuliah kami mengambil pekerjaan menjadi seorang arsitek disebuah perusahaan besar, seluruh kepercayaan dari direktur diserahkan kepada kami sepenuhnya, tentu ini bukan hal yang mudah butuh kerja keras,ketekunan,serta kecermatan.
***
            8 tahun aku dan Andre bersama akhirnya Andre melamarku dan kami segera menikah. Saat pernikahan berlangsung sangat nampak raut suka cita dari wajah ibu, aku bisa tersenyum lega karena akhirnya ibu bisa bahagia seperti orang lain layaknya, ayah menceraikan istrinya yang dulu karena dengan alasan wanita itu sangat buruk sikapnya makanya ayah memutuskan berpisah darinya dan kembali kepada ibu. Bertahun-tahun aku dan ibu merasakan kepahitan hidup dan sekarang adalah ganjaran dari semua usah, doa,serta kesabaran kami.Terimakasih Tuhan takkan ku sia-siakan semua anugerah darimu. 1 tahun menikah kami dikaruniai seorang anak laki-laki  ini menambah kebahagiaan dan kesempurnaan keluarga kami. Dan inilah akhir dari cerita perjalanan hidupku yang panjang diawali dengan duka dan diakhiri dengan kebahagiaan tiada tara. Yaa begitulah kesuksesan buka diraih sekarang melainkan di waktu yang akan datang, kita tidak dapat sukses jika tidak mengalami kegagalan terlebih dulu.