Karya
: Aulia A.F
Kini
senja sudah berganti malam, menutup hari yang terasa begitu panjang, selesai
mandi segera ku rebahkan tubuhku ini untuk melepas penat setelah seharian
berjualan kue. Adzan magrib telah berkumandang sontak aku langsung bangun dari
tempat tidur untuk menunaikan shalat magrib. Di kamar aku sudah ditunggu oleh
ibu untuk menunaikan shalat bersama , ya di rumah kecil nan sederhana inilah
hanya ada aku dan ibu tanpa kehadiran seorang ayah. Kata ibu ayah pergi saat
aku berusia 1 tahun ia meninggalkan kami berdua tanpa pesan apapun, sering
sekali ibu menangis saat menceritakan semua tentang ayah. Kata ibu, ayah adalah
seorang sosok laki-laki yang baik, bertanggung jawab dan setia, namun karena
orang tua ayah yang tidak setuju dengan penikahan, dengan alasan ibu terlahir
dari keluarga miskin sedangkan ayah terlahir dari keluarga terhormat serta kaya
raya tentunya, dan ayah telah dijodohkan dengan seorang wanita yang sederajat
dengan keluarga mereka, karena alasan kesenjangan sosial dan tidak mendapatkan
restu mereka akhirnya ayah disuruh berpisah dari ibu dengan berat hati ibu
merelakan kepergian ayah untuk orang lain. Sungguh malang nasib ibu, ketika ibu
bercerita tentang masa lalunya tidak lupa ia meninggalkan pesan untukku dengan
maksud agar kehidupannya yang sekarang tidak terjadi lagi padaku. Begini pesan
ibu “ Annisa, kamu sudah taukan cerita ibu yang sangat menyakitkan ini, ibu
sangat tidak ingin kamu mengalami nasib yang sama, ibu Cuma berpesan sama kamu
agar sekolah yang benar kejar cita-citamu biar jadi orang sukses dan terhormat
di mata orang lain, jangan seperti ibu Cuma lulus SMA dan bekerja sebagai
tukang jahit, jangan sampai hidup sengsara, dihina oleh orang lain’’ . yaa
itulah pesan ibu, pesan itu benar-benar menancap dalam hatiku dikala aku sedang
malas untuk belajar. Setlah selesai menunaikan ibadah shalat magrib aku
belajar, sedangkan ibu memasak untuk kami makan malam. Setelah belajar, ku
ambil sebuah kaleng bekas kue tempat penyimpanan uangku dari hasil berjualan
kue. Sebenarnya ibu sangat melarangku berjualan kue ia hanya menyuruhku untuk
sekolah dan belajar, namun tidak sampai hati aku melihatnya bekerja keras
sendirian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk biaya sekolahku, namun
aku tetap bersikeras untuk membantunya bekerja dengan alasan uang itu untuk
membayar uang SPP dan menambah tabunganku untuk melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi lagi yaitu bangku kuliah semoga bukan hanya sekedar harapan
belaka. Ku hitung lembar demi lembar uang ternyata hasilnya lumayan 250 ribu.
Tabungan ini ku gunakan untuk bayar SPP. Tetapi semenjak aku banyak meraih
prestasi di sekolah aku bebas dari pembayaran SPP tentu saja hal ini mengurangi
beban pikiranku. Prestasi yang sering ku raih yaitu juara 1 dan 2 lomba menyanyi. Yaa sesuai
dengan keadaan itu aku memiliki cita-cita menjadi seorang penyanyi tapi
mustahil bagi orang sepertiku. Cukup bagiku untuk memenuhi pikiran ku dengan
angan-angan bisa menjadi seorang penyanyi.Uhuk...uhuukk...!!! aku tersontak
kaget mendengar suara batuk yang berbarengan dengan suara piring jatuh, segera
aku berlari menuju dapur ternyata ibu terjatuh kondisinya tampak lemah. “ Ibu,
ibu kenapa ??” . “ Ibu tidak apa-apa nak, ibu Cuma kelelahan’’ . “ Hmm tapi
Anissa khawatir ibu, ya sudah Annisa antar ibu ke kamar suapaya ibu bisa
istarahat, nanti biar Annisa yang masak” . “ Jangan nak, ibu tidak ingin bikin
kamu repot ibu masih kuat kok, kamu selesaikan saja belajarnya’’. “ Sudahlah bu
tidak apa-apa lagian Annisa sudah selesai belajarnya’’ . Segera ku antar ibu
pergi ke kamarnya, ku rebahkan ia di kasur yang sudah tua ini. Sedih hati ini
saat melihat kondisinya yang sudah mulai tua dan rentan sakit-sakitan tak tega jika
ku biarkan ia terus bekerja keras siang dan malam. Terkadang aku benci dengan
ayah mengapa ia tega membiarkan kami hidup dalam kesusahan, aku tidak percaya
dengan cerita ibu yang mengatakan bahwa ayah adalah sosok yang baik,
bertanggung jawab, dan setia semuanya ku anggap omong kosong belaka, kalau ia
memang baik tak mungkin ia tega membiarkan kami hidup dalam kesusahan, jika ia
bertanggung jawab tak mungkn ia meninggalkan kami tanpa menafkahi, dan jika ia
setia tidak mungkin ia mau melepas ibu dan menikah lagi dengan wanita lain.
Seandainya Tuhan memberi kesempatan untuk bertemu dengannya mungkin orang itu
akan ku caci maki karena perbuatannya yang begitu kejam. Tapi apalah dayaku
jangankan untuk bertemu dengannya, melihat wajahnya pun tidak pernah, foto-foto
yang beraitan dengan ayah nampaknya sudah dibuang ibu untuk melupakan semua
kenangan dengannya. Tanpa ku sadari aku meneteskan air mata mengingat semua
penderitaan yang kami rasakan. Ibu selalu berkata saat aku mengeluh “ Nak
jangan pernah mengeluh dengan cobaan dan ujian ini, ini adalah bukti bahwa
Tuhan sayang dengan kita, Tuhan tidak pernah memberikan ujian melampaui
kemampuan hambanya, bersyukurlah kita nak masih diberi kehidupan yang layak
seperti ini punya rumah, makan 3x sehari, kamu bisa sekolah seperti teman-teman
yang lain, coba sekarang kamu lihat orang-orang yang tinggal di kolong jembatan
tidak punya rumah, makan pun belum tentu mereka dapatkan dengan mudah, bahkan
banyak anak-anaknya tidak bisa bersekolah karena ketidakmampuan biaya hidup’’ .
Yang ibu katakan memang selalu benar seharusnya aku tidak banyak mengeluh dalam
menjalani hidup masih banyak orang yang kehidupannya lebih sakit lagi dari
kami.
***
Mentari
kembali menyapa bumi, membuka semua lembaran baru. Ku buka mata ini, rasa
kantuk masih menyelimutiku entah sampai jam berapa tadi malam aku menjaga ibu.
Perlahan aku bangkit dari tempat tidur, ku buka tirai jendela kamar dan ku
sibal horden tua yang sudah lusuh ini. Ku pandangi sejenak pemandangan pagi
ini, sunggu indah mentari pagi dengan diselimuti kabut tebal. Aku kembali
teringat dengan kondisi ibu, segera aku beranjak dari kamar, aku bergegas
menuju kamar ibu, tetapi tak ku temukan sosok seorang wanita setengah baya
namun parasanya tetap cantik, sebenarnya ibu masih muda umurnyapun masih 37
tahun, ia menikah muda. Aku kaget bukan kepalang melihatnya tidak ada di kamar,
buru-buru aku pergi ke ruang tamu ternyata ibu sudah bangun sejak pagi buta, ia
sedang tengah asyik menjahit baju-baju orederan para pelanggannya. ‘’ Ibu, ibu
sudah bangun, bu kenapa ibu malah bekerja bukankah seharusnya ibu bekerja ?’’ .
“ Eh Nissa, iya nak ibu sudah bangun sejak pagi buta untuk menyelesaikan baju
orederan ini, sudah nak ibu tidak apa-apa taadi malam ibu Cuma masuk angin saja
sekarang ibu sudah baikan, dan ibu buru-buru menyelesaikan pesanan ini biar
pelanggan ibu gak kecewa, sudah kamu tidak usah memikirkan kondisi ibu, ibu
masih kuat. Sebaiknya kamu siap-siap berangkat sekolah, jangan lupa sarapan ibu
sudah menyiapkan makan pagi di meja makan’’ kata ibu sambil tersenyum dengan
senyum manisnya yang khas. ‘’ sykurlah kalau begitu kalau ibu sudah merasa
baikan, Annisa jadi sedikit lega, iya bu” jawabku. Selesai bersiap-siap aku
sarapan pagi setelah selesai sarapan aku pamit dengan ibu. “ Bu, aku berangkat
dulu ya, doakan biar Nissa bisa belajar dengan baik di sekolah’’ . “ Iya nak,
doa Ibu selalu menyertaimu, hati-hati di jalan, oya ini uang jajan buat kamu’’,
“ gak usah bu, uang jajan Annisa masih ada kok” jawabku seraya berpamitan dan
bergegas berangkat ke sekolah. “ ya sudah, hati-hati di jalan’’ .
***
Jarak yang
cukup jauh antara rumah dan sekolah hanya aku tempuh dengan jalan kaki,
meskipun penat dan lelah meliputi namun tidak menjadi halangan buat semangatku
dalam belajar. Dalam perjalanan menuju sekolah aku bertemu dengan Andre, teman
sekelas ku. “ Annisa, tunggu” . “ Eh, Andre, tumben jalan kaki biasanya kan
kamu diantar pakai mobil ?’’ . “ Hmmm...mobil aku tuh lagi mogok dekat sini pak
Hadi sedang membetulkannya, tapi ku pikir itu memerlukan waktu yang lama dan
bisa-bisa aku telat ke sekolah kebetulan aku liat kamu lewat jadi kenapa gak
barengan aja gitu sama kamu..hehe’’ . “ ouh begitu, ya sudah kalau begitu
jadikan aku ada teman berangkat ke sekolahnya’’ . “ Iyaa, mmm Nissa kamu tau kan
kita udah 3 tahun sama-sama menjadi teman satu kelas’’ . “ Iya, emang kenapa
Ndre ?’’ . “ Gini, kamu tau dong pastinya tentang cinta, dan bagaimana rasanya
jatuh cinta ?’’ . “ Hah maksud kamu apa Ndre, aku gak ngerti urusan cinta, dan
aku belum pernah jatuh cinta” . “ Ya ampun Nissa yang bener aja kamu gak tau
urusan kayak gitu, ya udah deh to the point aja biar kamu negrti, gini Niss
sebenarnya aku udah lama memendam rasa ini, tapi aku malu dan gak tau bagaimana
cara mengungkapkannya, dan ku rasa sekarang adalah waktunya buat nyatain hal
itu, Annisa kamu mau gak jadi pacar aku ?” . “ Haah Ndre kamu gak salah ngomong
nih ?’’ . “ Annisa, pernah gak sih aku bercanda, aku serius please Ann jawab
sekarang, jawabanmu sangat berharga buatku” kata Andre penuh dengan keseriusan.
“ Aduh, gimana yaa, aku gak bisa jawab sekarang Ndre aku perlu waktu, lagian
aku buru-buru bentar lagikan bel masuk’’ jawabku seraya melangkah dengan cepat
meninggalkan Andre. “ Annisa tunggu, ok aku kasih kamu waktu beberapa hari
untuk jawab semuanya, tapi sekarang aku boleh barengan sama kamu kan ke
sekolahnya ?’’ . “ Mmm ya sudah, ayo buruan nanti telat’’ .
***
Sesampainya
di sekolah aku dan Andre buru-buru menuju ruang kelas XII IPA 2. Di kelas sudah
ramai teman-teman mengolok-olok aku dan Andre gara-gara aku datang bersama
dengannya. “ Ciyee,ciye tumben banget nih Annisa berangkat sekolah bareng
Andre’’ kata Siska. “ iiihh.. apaan sih kita kan Cuma teman lagian Cuma
kebetulan aja aku sama Andre itu berangkatnya barengan,huhu..” . “ Yeeyy Annisa
kok malah cemberut sih, becanda aja kali, udah senyum dong cantik, hoho’’ . “
Siska udah dong jadi malu nih’’ jawabku. Bel masuk berbunyi tanda pelajaran
dimulai seharian penuh aku tidak bisa konsentrasi penuh mengikuti pelajaran,
pikiran ku kacau, mumet gara-gara kepikiran kondisi ibu di rumah, serta
kata-kata Andre tadi pagi yang menyatakan cinta padaku. “ Sstt... Ann liat tuh
daritadi Andre mandangin kamu mulu tuh jangan-jangan ada rasa tuh sama kamu’’
ledek Siska. “ Iihh Siska apa-apaan sih, udah deh jangna becanda ini tuh lagi
jam belajar kalau ngomongin itu nanti aja, tahun depan’’ jawabku dengan sedikit
kesal. “ Iya deh” .
***
Tidak
terasa bel pulang berbunyi, memekakan telinga siswa namun bagaikan berita
gembira, semua siswa pulang ke rumah masing-masing, begitu juga dengan aku,
tetapi sebelum pulang ke rumah aku pergi ke apotek dulu untuk membelikan obat
buat ibu. Setelah selesai membeli obat
aku buru-buru pulang ke rumah. “ Assalamualaikum, bu Annisa pulang” . “
Waalaikumsalam, eh anak ibu yang canti udah pulang, gimana tadi belajarnya” . “
Ibu bisa aja nih, ya begitulah bu seperti biasa berjalan dengan baik, oya bu
ini Annisa belikan obat buat ibu, tadi malam kan ibu tidak sempat minum obat
karena obatnya habis makanya Annisa belikan buat ibu, Bu gimana gorengan udah
siapkan biar Nissa bisa cepat- cepat berjualan ?’’ . “ Alhamdulillah kalau begitu, waah
makasih banyak nak, tapi kamu dapat uang darimana nak bisa sampai membeli obat,
obat ini kan mahal ? iya gorengan sudah siap, tapi kamu kan bari pulang sekolah apa tidak capek ?’’ . “ sudahlah bu
uang itu adalah tabungan Annisa dari berjualan kue, gak apa-apa kok bu, kan ibu
pernah bilang suatu pekerjaan kalau dikerjakan dengan ikhlas pasti tidak akan
terasa lelahnya’’ . “ begitu ya, ya sudah kalau begitu kamu ganti baju makan
siang, istirahat baru berjualan’’ . “ Iyaa bu” . Selesai makan dan berganti
baju aku menyiapkan kue-kue untuk dijual. Semua sudah siap saatnya berjualan.
Aku menjual semua gorenganku dengan
berkeliling kampung, dan hari ini aku bersyukur dalam waktu yang tidak lama
gorenganku habis di serbu pembeli. Sebelum aku pulang, aku istarahat sejenak
untuk melepas penat, kembali terpikir olehku kata-kata Andre itu, tetapi kali
ini aku merasa ada yang lain, yaitu aku merasa bahagia jika ingat Andre, apakah
ini cinta ? hmm entahlah apa itu namanya yang jelas rasa itu benar-benar
membuatku bahagia. Setelah beristirahat sejenak aku kembali pulang ke rumah membawa
lembaran-lembaran rupiah. Aku kaget di depan rumah aku melihat Andre tengah
berbincang-bincang dengan Ibu. “ Andre, kamu ngpain ke sini ?’’ . “ Annisa kok
gitu sih sama temannya dia ke sini buat ngajak kamu jalan-jalan, sudah cepat
mandi terus ganti baju kasian nie Andre sudah menunggu lama’’ . “ tapi bu..” .
“ ayou cepat” . Aku menjalankan perintah ibu, setelah selesai mandi aku
siap-siap, di depan cermin aku hanya senyum-senyum sumringah sendiri. “ Annisa
cepat” . Iyaa bu” .
“ Waah Annisa kamu cantik banget” kata Andre. “ kamu apaan
sih, udah buruan, bu Nissa berangkat dulu yaa” . “ iyaa hati-hati’’ .
***
Andre mengajak ku pergi ke taman, dengan diliputi rasa
senang, malu, serta gugup jadi satu, hingga sepatah katapun tak bisa ku
ucapkan. “ Niss kamu tau gak kenapa aku bsia jatuh cinta sama kamu?” . “ Gak
tau, kenapa bisa padahal aku anaknya biasa banget” . “ Hmm iya karna
kesederhaan itulah yang bikin aku cinta sama kamu aku harap kamu mau jadi pacar
aku’’ . “ yakiin ? gak nyesal ?’’ . “ Iya aku yakin kenapa aku mesti menyesal
jika memilih kamu’’ . “ Kalau itu alasan kamu aku bisa nerima, dan aku mau jadi
pacar kamu’’ jawabku dengan nada malu-malu. “ Benar ? ini sangat menyenangkan,
makasih sayang’’ kata Andre sambil memegang tanganku’’ . “ Iya benar’’ .
Akhirnya aku dan Andre berpacaran setelash puas jalan-jalan ia mengantarku
pulang. Sesampainya di rumah aku terkejut melihat sosok laki-laki paruh baya,
gagah dan yang pasti penampilannya menunjukan bahwa ia bukanlah orang biasa,
melainkan orang-orang dari kalangan atas. “ Maaf bapak siapa ?” tanyaku . “ Mmm
saya Doni Aditya, kamu sendiri siapa, apakah kamu anak dari Mira Indrianti ?’’
. “ Ouh saya, Annisa, benar saya anak bu Mira Indrianti, bapak ke sini mau
bertemu dengan siapa ?’’ . “ Annisa, ini ayah nak, kamu adalah anak ayah’’ . “
Haah ayah ?? gak mungkin ayah saya sudah pergi’’ . “ Benar nak ini adalah ayah,
kalung yang kamu pakai itu adalah pemberian ayah pada ibumu dulu, liatlah kita
punya kalung yang sama,sekarang bisakah kamu panggil ibumu, ayah sangat
merindukannya’’ . “ Ayah, Annisa sangat merindukan ayah” kataku sambil
memeluknya, ketika aku sedang beratngisan bahagia bersama ayah, tiba-tiba
muncul ibu. “ Annisa, siapa laki-laki itu ?’’ kata ibu seraya terkejut, seakan
iya mengenal sosok laki-laki ini. “ Bu ini ayah” . “ Iya Mira ini aku Doni
suamimu, aku datang kemari untuk menemui anak dan istriku yang sudah lama
terpisah, aku sangat merindukan kalian’’ . ‘’ Mas Doni, mengapa kamu kembali
apakah anak dan istrimu tidak curiga” . “ sudahlah Mira kamu tidak usah menanyakan hal itu, yang penting
sekarang kita bisa berkumpul layaknya keluarga yang utuh’’ .
Malam ini
adalah malam yang membahagiakan buatku inikah ganjaran kebahagiaan yang Tuhan
berikan kepadaku setelah sekian lama ku alam duka dan kepahitan yang panjang.
Malam ini ayah tinggal bersama kami, serta makan malam ini adalah makan malam
pertama yang ku rasakan dengan kehadiran sosok seorang ayah. Terimakasih Tuhan
atas anugerahmu.
***
Sebulan
setelah kebahagiaan itu, sekarang masa-masa penentuan akhir datang yaitu ujian
sekolah, Andre yang tergolong dari keluarga yang berkecukupan tidak segan-segan
mengajakku membeli buku soal-soal ujian dan belajar bersama, hal yang paling
menyenangkan yaitu orang tua kami sama-sama setuju dengan hubungan kami ini,
selain itu juga ibu berhenti menjadi penjahit sekarang iya dibuatkan ayah usaha
Boutique jadi ibu tidak perlu lagi capek-capek bekerja siang malam, dan
sekarang kami tinggal di rumah mewah. Ujian berhasil kami lewati dengan baik aku
dan Andre meraih nilai terbaik di sekolah dan tentu ini menjadi kebanggan di
keluarga. Acara perpisahan datang, pertanda semua perjuangan yang kami lewati
selama ini berakhir, dan perjuangan berikutnya ada di tangan masig-masing namun
hubungan aku dan Andre tidak berpisah kami masih berjuang bersama-sama meraih
cita-cita. Andre dan aku mengambil jurusan yang sama yaitu jurusan Arsitektur.
Jurusan ini sangat menyenangkan, di samping itu aku juga membuka les vokal
sesuai keahlianlu di bidang menyanyi, walaupun keinginanku dulu menjadi seorang
penyanyi tapi tidak tercapai, jadi lewat privat vokal inilah sebagai penyalur cita-citaku yang
tertunda dulu, tapi aku bersyukur sekarang aku punya banyak anak didik di
tempat les vokal yang ku beri nama My Musica ini. Banyak sekali peminatnya yang ingin
bergabung, dan aku sangat bersyukur banyak prestasi yang kami raih dalam lomba
menyanyi. Ternyata Andrepun tidak tinggal diam, iya yang mempunyai keahlian
bermain musik juga bergabung bersama kami sehingga menambah kesempuraan di
My Musica ini, prestasi demi prestasi kami raih, dan membuat kebanggan
tersendiri bagi kami. Tetapi pekerjaan sampingan ini tidak membuat konsentrasi
aku dan Andre terbagi-bagi kami tetap fokus belajar dan menyelesaikan kuliah dengan
baik. Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan doa dan usaha keras hambanya, alhasil
aku dan Andre mendapatkan gelar lulusan mahasiswa terbaik dengan nilai IP 3,5
sekali lagi aku sangat bersyukur atas semua ini. Selesai kuliah kami mengambil
pekerjaan menjadi seorang arsitek disebuah perusahaan besar, seluruh
kepercayaan dari direktur diserahkan kepada kami sepenuhnya, tentu ini bukan
hal yang mudah butuh kerja keras,ketekunan,serta kecermatan.
***
8 tahun aku
dan Andre bersama akhirnya Andre melamarku dan kami segera menikah. Saat
pernikahan berlangsung sangat nampak raut suka cita dari wajah ibu, aku bisa
tersenyum lega karena akhirnya ibu bisa bahagia seperti orang lain layaknya,
ayah menceraikan istrinya yang dulu karena dengan alasan wanita itu sangat buruk
sikapnya makanya ayah memutuskan berpisah darinya dan kembali kepada ibu.
Bertahun-tahun aku dan ibu merasakan kepahitan hidup dan sekarang adalah
ganjaran dari semua usah, doa,serta kesabaran kami. Terimakasih Tuhan takkan ku sia-siakan semua anugerah
darimu. 1 tahun menikah kami dikaruniai seorang anak laki-laki ini menambah kebahagiaan dan kesempurnaan
keluarga kami. Dan inilah akhir dari cerita perjalanan hidupku yang panjang
diawali dengan duka dan diakhiri dengan kebahagiaan tiada tara. Yaa begitulah
kesuksesan buka diraih sekarang melainkan di waktu yang akan datang, kita tidak
dapat sukses jika tidak mengalami kegagalan terlebih dulu.